Tintin Ilhami Tita, Tita Ilhami Lala
[PIKIRANRAKYAT/NOVA] – Inspirasi bisa datang dari mana saja, tanpa diduga. Tita Larasati (lahir 1971) merasakan hal itu. Untuk membuat coretan dan sketsa dari tangannya, ibu dua anak ini terinspirasi dari seluruh kejadian yang ditemui dalam kesehariannya. Tak ketinggalan, dari tokoh kartun favoritnya Tintin.
Tita yang mulai dikenal secara luas sejak menerbitkan catatan harian grafis berjudul “Curhat Tita”, memang tumbuh dengan komik seperti Asterix-Obelix, Tintin, Trigan, dan majalah dari Belanda, Eppo. Orang tua Tita yang berprofesi sebagai arsitek, membuatnya dekat dengan dunia corat-coret sejak berusia dini.
“Influence ngomik (membuat komik) dari mana-mana, terutama Tintin,” ujar Tita, ditemui di Bloemen Cafe, Jln. Bosscha Bandung, Sabtu (11/7/09) sore. Saat itu, Tita dan beberapa temannya dari komunitas Tintin Indonesia memang sedang mengadakan acara kopi darat.
Membicarakan Tintin, langsung saja Tita bersemangat mengeluarkan merchandise Tintin miliknya, beserta jaminan sertifikat keasliannya. Sejak masih kuliah di Belanda beberapa tahun silam, ia memang sudah mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan detektif berjambul itu. “Soalnya, komik kan sudah dianggap sebagai perjalanan hidupku. Dulu sebelum punya anak, aku paling suka bercerita tentang perjalanan dan itu sangat terinspirasi oleh Tintin. Kalau sekarang sih, lebih sering cerita tentang anak-anak,” ujar Tita, yang kini tinggal di kawasan Kanayakan Bandung ini.
Adapun cerita grafis yang paling dirasakannya punya arti mendalam, yaitu mengenai kisahnya melahirkan. Di dalamnya, ada proses persalinan dari menit ke menit, termasuk detik-detik kontraksi.
Tita Pelopor Diary Graphic di Indonesia
Diary Graphic atau komik curhat memang sudah biasa di luar negeri. Kendati di sini masih tergolong baru, toh, hasil karya dua ibu ini langsung diminati.
‘Curhat Tita’ karya Tita Larasati, ternyata memberi banyak inspirasi pada pembacanya. Bisa dibilang, Tita adalah salah satu pelopor penulis diary graphic di Indonesia saat ini.
Jika orang lain menuliskan kejadian sehari-hari yang dialaminya, Tita memilih media gambar. Ia melukiskan suasana hati, pikiran, bahkan potret dirinya secara apa adanya. Di bukunya, perempuan yang sejak kecil suka menggambar ini melukiskan dirinya sebagai sosok bertubuh tinggi gempal, rambut pendek yang jarang tersisir, kacamata, kemeja flanel kotak-kotak yang tidak terkancing lengkap dengan kaos oblong di dalamnya, plus jins belel.
Laiknya sebuah buku harian, Ibu dari Prasidya Dhanurendra Zijlstra (8) dan Syastira Lindri Dwimaharsayani Zijlstra (5) ini menggambar ceritanya dengan alur jelas, seperti komik. “Saya lebih suka menyebutnya diary graphic,” katanya sambil menjelaskan, Asterix, Tintin, dan lainnya, “Jelas disebut komik karena si pembuatnya sadar akan cerita yang dia buat. Si pembuat membuat jalan cerita semenarik mungkin dengan tokoh, lokasi, dan naskah yang sangat terencana. Benar-benar keep the reader on the story.”
Sedangkan, kata Tita lagi, “Yang saya buat, benar-benar apa adanya. Apa yang saya lihat dan amati, itu yang saya gambar. Beda lagi dengan graphic novel yang sekarang juga lagi happening. Itu merupakan novel dalam gambar, sehingga ceritanya lebih padat.”
Tak Yakin Laku
Yang jelas, sejak kecil, Tita sudah mencintai dunia gambar. Ayahnya yang arsitek, selalu membawa buku sketsa dan cat air ke mana-mana. Kebiasaan itulah yang menular ke wanita bernama asli Dwinita Larasati ini.
Begitulah. Lulus dari jurusan Desain Produk ITB, ia memilih melanjutkan kuliah S2 di Design Academy Eindhoven, Belanda, tahun 1998. Di sana pun, ia terus menggambar. Banyak teman kuliahnya yang senang membaca dan selalu menunggu gambar-gambar Tita. “Biasanya, kalau ada teman yang ingin memiliki gambar saya, akan saya kopikan. Jadi, aslinya tetap untuk saya. Sekarang sudah masuk buku sketsa ke-11.”
Dari Eindhoven, Tita lompat ke Amsterdam, mengambil S3 di Delft University of Technology. Nah, tidak jauh dari rumahnya di sana, ada sebuah toko komik terkemuka, Lambiek. Saat Lambiek mengadakan acara Amsterdam 24 hour Comic Day, Tita ikut serta. Tak lama berselang, karyanya terpilih di 24 Hour Comic Highligths di Amerika Serikat.
Ketika kembali ke Tanah Air tahun 2007, istri Sybrand Zijlstra ini dilirik penerbit Cinta Anak Bangsa. “Mereka mau membukukan diary graphic saya. Sempat tak percaya diri mulanya. Apa, ya, ada yang suka dan laku?” kisah dosen ITB ini. Ternyata bukunya, Curhat Tita, laris-manis. “Sekarang sedang menyiapkan terbitan kedua,” ujarnya senang.
Gagal Studi ke Jerman, Lala Sukses Ngomik
Karya Tita, rupanya memberi inspirasi tersendiri pada Sheila Rooswitha (29) alias Lala. Belum lama ini, ia meluncurkan komik curhat berjudul ‘Cerita Si Lala’.
Sebenarnya, Lala sudah mulai membuat komik curhat tahun 2003. “Itu luapan rasa kecewa saya karena gagal melanjutkan S2 ke Jerman. Semua sudah siap. Saya sudah dapat sekolah, tempat tinggal, ternyata permohonan visa ditolak,” kisah Lala.
Ia pun kemudian menuangkan unek-uneknya dalam bentuk gambar. “Belasan halaman saya buat dalam diary khusus yang sampai sekarang masih saya simpan,” kata ibu satu anak yang suka menggambar ini. Saat itu, “Enggak terbayang sama sekali, satu saat bisa diterbitkan sebagai buku.”
Kesibukan sebagai pembuat story board dan ilustrator (karyanya, antara lain, Arisan, Lovely Luna, dan Cinta Silver), membuatnya terlupa pada komik curhat. Suatu saat, alumni Desain Grafis Universitas Trisakti ini melihat curhat Tita di situsnya, esduren. multiply. com. “Karya Tita bagus. Saya baru sadar, ternyata komik curhat sangat seru dan tergerak bikin lagi,” ujar Lala yang bersama suaminya, Fajar, membuat “foto-foto” prapernikahan dalam bentuk gambar.
Bukan Murahan
Berbagai peristiwa dalam hidupnya, direkamnya lewat gambar. Misalnya, saat hamil, piknik, dan sebagainya. “Ketika saya tawarkan, ternyata penerbit Curhat Anak Bangsa bersedia menerbitkannya. Mereka memang mencari komik jenis ini.”
Lala amat bahagia ketika tahu, karyanya disukai banyak orang. “Kebanyakan kaum perempuan. Ada ibu hamil, yang baru menikah, dan lainnya. Mereka merasa terwakili di komik itu. Saya tentu saja sangat senang,” ujar Lala yang melahirkan anak pertama, Aradea, Oktober tahun lalu.
Kini, bersama Fajar, ia mengelola Ayla Studio. “Kami jualan jasa bikin ilustrasi. Selama ini, saya sudah menggarap sekian banyak iklan dalam format komik. Misalnya, komik pesanan tentang edukasi merawat tanaman,” ujar Lala yang amat yakin, komik curhat punya segmen tersendiri. “Setidaknya saya ingin menyampaikan, komik bukan bacaan murahan!” – [PikiranRakyat+Nova]
Sumber:
‘Tita Larasati Terinspirasi Tintin’ oleh Endah Asih/Pikiran Rakyat/18juli2009
‘Yuk, Curhat Lewat Gambar! 1+2 oleh Ester Sondang + Henry Ismono/Tabloid NOVA/26juni2009
Tambahan foto-foto >> esduren.multiply.com + okeboo.multiply.com