Tak Bisa Pegang Negara, Buruh Pegang Bambu
[WARTAKOTA] – Suatu komunitas buruh perempuan di Jakarta telah mengambil keputusan untuk kompak melengkapi diri dengan sebilah bambu sebagai senjata beladiri. Mereka pun menamakan diri Bambu, akronim dari Barisan Maju Buruh Perempuan, yang seluruh anggotanya adalah buruh-buruh yang bekerja di wilayah industri yang dikenal dengan nama Kawasan Berikat Nusantara Cakung, Jakarta Timur.
Koordinator Bambu, Ampi, mengatakan, beladiri sangatlah penting untuk memampukan diri menghadapi keamanan kawasan yang rawan, terutama jika pulang tengah malam. “Saat ini anggota baru 30 orang,” kata Ampi kepada Wartakotalive.com, dalam suatu acara untuk menyatakan bahwa karena Negara gagal melindungi perempuan maka perempuan mengambil tindakan keamanan sendiri. Pernyataan sikap BAMBU disampaikan di di kantor KONTRAS, Menteng, Jakarta Pusat, pada 19 April 2013.
Ampi mengatakan, anggota komunitas Bambu saat pernyataan disampaikan sudah dua kali menjalani pelatihan beladiri dan membawa sepotong bambu ke mana pun mereka pergi..
“Karena anggotanya saat ini masih sedikit, sementara kami berlatih taekwondo sendiri dari salah seorang anggota yang memang bisa taekwondo. Tapi ke depannya kami akan panggil guru,” kata Ampi. Ia selanjutnya menjelaskan bahwa potongan bambu yang selalu dibawa para anggota memiliki ukuran panjang 30 sentimeter. “Jadi mudah kan ditaruh di tas. Kalau ada orang usil tinggal pukul saja pakai bambu,” kata Ampi.
Ampi menyatakan bahwa, di KBN Cakung banyak preman. Biasanya buruh perempuan yang pulang malam tanpa fasilitas mobil pengantar pulang akan digoda oleh para preman ketika jalan sendirian. Karena tidak mendapatkan rasa aman dari Negara, mereka menciptakan sendiri rasa aman dari kebersamaan dalam komunitas Bambu dan kemampuan beladiri dengan senjata bambu. :: Wartakota/Theo Yonathan Simon Laturiuw/19apr2013