Susilowati Harumkan Perabot Jepara Ke Seluruh Dunia
Berpameran di luar negeri nampaknya sudah menjadi kegiatan rutin wanita pengusaha yang bergerak di bisnis furnitur untuk indoor, outdoor maupun interior ini.
“Tahun 2002 bisnis saya seret karena kehabisan modal dan banyak buyer yang membatalkan order. Tapi meski begitu saya tetap pameran di Jordan bulan Juni-Juli 2002 dan di Dubai bulan Desember memenuhi undangan dan berangkat bersama rombongan Departemen Koperasi,” ujarnya.
Malah, ujar Susilowati, tahun lalu seharusnya dia juga berpameran di Toronto, Kanada, dan Carolina, negara bagian Amerika Serikat, dalam pameran furnitur terbesar, tapi gagal karena visanya dari Kedubes AS di Jakarta tidak keluar, padahal kontainer barang untuk pameran sudah terkirim ke Negara Paman Sam itu.
“Kebetulan event-nya bulan Oktober berbarengan dengan merebaknya kasus bom Bali, tahu-tahu jawabannya saya dan suami tak bisa berangkat tanpa ada penjelasan dan uang untuk mengurus visa masing-masing Rp 850.000 nggak kembali, deh,” ujarnya dengan lugu.
Perempuan yang pernah meraih penghargaan sebagai pengusaha kecil-menengah dari Gubernur Jateng tahun ini mengaku promosi lewat pameran memang efektif, sehingga meski bisnisnya lagi seret pun dia tetap giat berpameran di dalam maupun luar negeri.
Resep Sederhana
“Tidak ada resep khusus untuk menjalani bisnis ini. Hanya saja saya selalu menekankan kejujuran, saling percaya, menjaga kualitas dan tepat waktu, sehingga usaha ini tetap bisa jalan,” katanya.
Resep sederhana itu ternyata ampuh, meskipun sudah berpameran di luar negeri sampai kini pun bahasa Inggrisnya belum lancar dan fasih. Namun, kenyataannya dia tidak pernah kekeringan order dan 2002 yang disebut bisnisnya seret dia bisa mengirim 2-3 kontainer/bulan ke luar negeri.
Tahun lalu dia juga menjajaki pasar Johor, Malaysia, dan Singapura, meskipun dia sudah memiliki mitra di sana. “Saya punya toko di Johor joint dengan pengusaha setempat tapi nggak berkembang baik. Jadi saya cari mitra baru dan dapat sehingga untuk awal tahun ini saya lebih optimistis,” ujarnya.
Buah dari berbagai pameran yang diikutinya tahun lalu memang tampak, misalnya awal tahun ini dia sudah mendapat order 3 kontainer per bulan, sementara order dari Mauritius, Afrika, Amerika Serikat, Cina dan Hong Kong belum bisa dipenuhinya karena dia tengah kesulitan dana akibat kerugian yang harus ditanggungnya karena gagal berpameran di Toronto, Kanada dan AS tahun lalu serta ada order yang dibatalkan sepihak oleh buyer.
Nampaknya Susilowati memang tidak takut menghadapi risiko bisnis itu dan berupaya terus menata bisnisnya terutama dalam memahami kontrak dengan pembeli asing.
“Tawaran pameran Mei mendatang adalah ke Mesir, saya akan berupaya datang karena seperti pasar Dubai, prospek pembeli langsung juga banyak seperti di Dubai,” tandasnya.
Susilowati mulanya hanyalah ibu rumah tangga biasa yang coba-coba bisnis dengan menjual hasil tenun ikat. Suatu hari ketika pertama kali berpameran di Cinere Mall, Jakarta Selatan, dia melihat sesama peserta pameran yang menjual barang-barang furnitur ukiran Jepara.
Karena berasal dari Jepara, Susilowati tahu pasti harga mebel di daerah asalnya dan berapa harga jual di pameran itu sehingga dia dapat menghitung keuntungan yang diperoleh pemilik usaha mebel Jepara itu.
“Harga yang dijual jauh lebih mahal tapi kok laku saja ya, saya jadi tertarik untuk terjun ke bisnis furnitur dan sejak itu saya rajin berpa-meran ke Jakarta dari mal ke mal , rajin ikut pameran di Balai Sidang termasuk Inacraft yang berlangsung rutin.”
Berkat Pameran-pameran
Dari pameran-pameran itulah dia kemudian dipercaya mengisi kebutuhan interior rumah-rumah pribadi maupun rumah instansi sejumlah pejabat tinggi negara dan produk furnitur yang ditawarkannya memang untuk kelas masyarakat golongan menengah-atas mulai meja kursi untuk taman hingga berbagai produk mebel untuk ruangan rumah tinggal maupun perkantoran.
Dari pameran-pameran itu jugalah, Susilowati mulai dilirik Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Departemen Koperasi untuk berpameran di luar negeri. Pengalaman pertamanya berpameran di luar negeri adalah Pameran Produk Indonesia di World Trade Centre, Singapura tahun 1998.
“Waktu itu saya langsung dapat pesanan senilai Rp 200 juta, alhamdulilah semua dapat saya penuhi,” tuturnya. Kesuksesan itulah akhirnya yang memicunya untuk rajin berpameran di luar negeri sampai 3-4 kali per tahun. Bahkan Bisnis pertama kali berjumpa dengan pengusaha mebel ini di Pameran Produk Indonesia di Klondike Days, Edmonton, Kanada Agustus 2001.
Untuk membuat berbagai furnitur, Susilowati dibantu oleh suami tercinta dan anak-anaknya. Pihaknya selalu memilih bahan baku kayu jati maupun mahoni yang baik untuk memenuhi pasar internasional.
Rajin Ikut Kursus
Dia juga rajin mengasah ilmu dengan belajar manajemen ekspor dari berbagai kursus yang diselenggarakan instansi pemerintah maupun lewat seminar-seminar, sehingga dapat terus menimba pengetahuannya.
Menurut Susilowati, jumlah perajin tetap yang diasuhnya tidak banyak hanya 10 orang. Mereka bekerja di rumah masing-masing dan tiap perajin memiliki 15-20 tukang. Apabila pesanan melonjak dia dan para perajin akan menambah tukang kayu yang bekerja untuk Prima Jati Furniture.
“Saya selalu berusaha memenuhi pesanan sebaik mungkin dan menjalin hubungan dengan para pembeli maupun mitra kerja serta instansi pemerintah seperti BPEN dan Depkop dengan baik pula karena saya menginginkan hubungan yang langgeng,” ungkapnya.
Tak heran dengan kiat bisnis dan sikap hidupnya itu berbagai penghargaan pun dilayangkan kepadanya antara lain penghargaan dari Gubernur Jateng sebagai pengusaha berpotensi, penghargaan Citra Wanita Indonesia tingkat nasional dan Citra Wanita Kartini berturut-turut pada 2000 dan 2001. :: Ciputra Entrepreneurship/24des2010
Susilowati adalah Direktur CV Prima Jati, Jepara.