StoS Film Festival di Sekolah Perempuan Ciliwung Disambut Antusias

Oleh : Nur Azizah

Kesigapan ibu-ibu komunitas Sekolah Perempuan Ciliwung sungguh luar biasa. Kendati harus berdesakan, para ibu itu sangat antusias menyimak film yang disuguhkan oleh South to South Film Festival (StoS) ke tengah sekretariat baru mereka, Senin (16/6). Film-film tersebut di antaranya: Teluk Jakarta Under Pressure, The Fridge, The Last Boy Riding Dan Jonathan Brown and The Lost Penguin.

Di sela pemutaran film itu para ibu diajak untuk berdiskusi tentang dampak perubahan iklim terhadap lingkungan sekitar, terutama terhadap perempuan. “Apa sih iklim?” Demikian pertanyaan awal yang digagas oleh Nur Hidayati (Yaya) yang sehari-hari aktif sebagai Koordinator untuk Keadilan Iklim di Civil Society Forum yang juga sebagai narasumber pada diskusi tersebut. Lebih jauh Yaya menjelaskan bahwa perubahan iklim sekarang ini adalah akibat naiknya permukaan air laut yang menyebabkan terhambatnya aliran air sungai ke laut. “Bahkan sudah ada ahli yang meramalkan bahwa tahun 2030, sebagian Jakarta sebelah utara bakal terendam, bakal banjir selamanya,” kata Yaya.

“Apalagi kalau kita boros energi, seperti nyalain TV sepanjang hari padahal tidak ditonton, buka kulkas lupa ditutup lagi, atau makai mobil sendirian,” ujar Yaya. “Semakin kita boros akan semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk listrik. Bahkan bumi akan semakin panas karena panas matahari terperangkap oleh banyaknya pencemaran-pencemaran karbon, metana, dan lain-lain,” imbuhnya.

Sementara Ulfa Hidayati, Koordinator Divisi Penelitian, Dokumentasi Dan Publikasi Kapal Perempuan menyatakan bahwa perubahan iklim terkait dengan negara yang menjual Sumber Daya Alam secara berlebihan dengan harga sangat murah sehingga para nelayan susah mencari ikan, petani mulai kehilangan pola bertaninya bahkan warga di kota kesulitan mengakses air bersih. “Karena semua tergantung dari pola hidup Kita yang disadari atau tidak telah banyak diatur oleh TV,” tegas Ulfa. Lebih lanjut Ulfa mengatakan, “Para ibu-ibu rumah tangga itu adalah sasaran empuk yang memberikan pemasukan paling banyak bagi perusahaan yang menjual kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari plastik, makanan, pakaian, kosmetik.” Selanjutnya Ulfa menjelaskan tentang bagaimana menghemat pemakaian kebutuhan sehari-hari, salah satunya mengumpulkan botol air mineral yang kemudian bisa diserahkan kepada pemulung untuk dijual.

Lantas, terbitlah pertanyaan dari ibu Anah tentang bagaimana cara pemakaian listrik yang benar agar tidak boros. Ulfa mengatakan, “Jangan nyetrika satu baju tapi setiap hari.”

Pun demikian dengan Yaya yang mengatakan bahwa penghematan energi bisa dilakukan, yaitu mengganti lampu pijar dengan lampu TL. (NA)

South To South Film Festival didukung oleh WALHI, JATAM, ECOSISTER, Gekko Studio Dan FWI.

(sumber >> edaran email di Milis Perempuan dari Vonne, 19 Juni 2008)

Leave a Reply