Rifka Annisa Ajak Remaja Lelaki Nyawakan Anti Kekerasan
Kampanye anti kekerasan terhadap perempuan, dengan menjadikan kaum perempuan sebagai kelompok sasaran dominan, setiap tahun dilancarkan oleh jajaran lembaga dan organisasi pembela hak asasi manusia perempuan di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Internasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang jatuh setiap tanggal 25 Nopember. Salah satu organisasi yang terdepan dalam menyikapi dan menindaki kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di negeri ini adalah Rifka Annisa, yang sejak tahun 1993 berperan nyata dalam mendampingi para perempuan korban kekerasan di Yogyakarta dan sekitarnya.
Lebih dikenal masyarakat sebagai sebuah women’s crisis center, Rifka Annisa melalui rangkaian kegiatannya tekun membuka wawasan perempuan akan rawannya mereka pada kekerasan berbasis gender di dalam kehidupan berelasi sehari-hari. Berkat perannya yang terfokus ini, kaum perempuan dampingan mereka kini menjadi lebih sadar akan hak-hak asasi mereka sebagai manusia setara dan lebih peka pada kondisi-kondisi yang cenderung melangkahi hak-hak mereka tersebut.
Namun, setelah bertahun-tahun berkampanye, Rifka Annisa tergugah oleh suatu kenyataan. Kampanye untuk membangun kesadaran anti-kekerasan selama ini memang memicu keberdayaan di kalangan perempuan sebagai khalayak sasaran utama. Akan tetapi, karena kampanye tidak membuka ruang bagi kaum lelaki untuk ikut berproses, mereka luput dari dampak kampanye. Pakem yang cenderung menyamakan ‘kekuasaan’ dengan ‘kekerasan’ ternyata tetap hidup kental di dalam relasi-relasi antar lelaki dan tetap menjadi sikap sehari-hari untuk mengabsahkan kekuasaan lelaki dalam berelasi dengan perempuan. Selama pola ini masih hidup, betapapun pemberdayaan diri yang dicapai oleh pihak perempuan, kekerasan akan tetap diabsahkan dalam relasi-relasi lelaki dengan perempuan. Memaklumi ini, Rifka Annisa mengambil kebijakan membuka ruang bagi kaum lelaki untuk ikut berproses dalam memaknai hakekat kekerasan dan menumbuhkan sikap anti kekerasan terhadap perempuan sebagai sesama insan manusia.
Untuk mewujudkan kebijakan itu, pada kampanye anti kekerasan terdahap perempuan tahun 2008, Rifka Annisa meluncurkan anak-kampanye dengan judul berbahasa gaul indo-lish (Indonesia-English) “Real Boys Care Others”, yang kurang-lebih mengandung pesan bahwa ‘lelaki tulen itu sayang sama sesama manusia’. Pesan ini merupakan tandingan terhadap gambaran lelaki sejati adalah manusia yang identik dengan kekerasan, yang semena-mena terhadap hak-hak asasi insan manusia lain, atau diistilahkan sebagai ‘maskulinitas negatif’.
Secara strategis Rifka Annisa membatasi kesertaan pada kaum lelaki remaja saja, yakni lelaki yang berada pada usia-usia yang sedang ‘belajar tentang lawan jenis’ dan sedang mencari-cari pola relasi dalam pergaulan. Masa yang boleh dikatakan rawan inilah yang dinilai oleh Rifka Annisa sebagai kurun usia yang relatif terbuka pada tawaran nilai-nilai baru. Melalui anak-kampanye “Real Boys Care Others”, Rifka Annisa menawarkan nilai-nilai yang beritikad menumbuhkan kesadaran akan kesetaraan antar insan manusia, yang pada gilirannya akan melahirkan sikap dan perilaku yang saling menghormati, bebas dari kekerasan.
Selama ‘Real Boys Care Others‘ berlangsung, 21 Desember 2008 sampai 11 Januari 2009, peserta diajak berproses mencerna tawaran nilai-nilai anti kekerasan melalui berbagai format kegiatan yang kreatif, seperti Pertandingan Futsal antar SMA di DIY, Lomba Debat Bahasa Inggris antar SMA di DIY, Lomba Pembuatan Iklan Layanan Masyarakat Audio Visual untuk Remaja, dengan acara puncak Diskusi dan Pentas Band Musik. Kegiatan diselenggarakan di berbagai tempat di seputar Yogyakarta, antara lain Planet Futsal, Kampus Universitas Ahmad Dahlan, dan JEC.
dipetik dari siaran pers Rifka Annisa
website Rifka Annisa >> lawforwo.multiply.com