Porsi Perempuan yang Kecil Di Manajemen PLN
“Perempuan Juga Bisa”
Secara kuantitas, SDM PLN memang didominasi kaum pria. Tapi bukan berarti kaum hawa tertutup untuk meniti di perusahaan besar ini. Buktinya, sudah puluhan wanita yang berhasil mencapai posisi sebagai manajer, dan bahkan sukses dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diembannya.
Meniti karier di perusahaan besar seperti PLN, memang bukanlah hal yang mudah. Untuk bisa berhasil, diperlukan perjuangan gigih serta kemauan keras untuk terus memupuk keahlian atau kompetensinya. Apalagi bagi perempuan, yang mungkin sebagian merasa tersisih oleh dominasi kaum lelaki.
Tapi tidak bagi Susiana Mutia (39). Ibu tiga anak ini telah 14 tahun membuktikan dedikasinya di perusahaan milik negara itu. Setelah menyelesaikan studi S1-nya di Universitas Padjadjaran Bandung, Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen, wanita berdarah Sunda ini, memulai kariernya di bagian TUL Niaga PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten (DJBB). Baginya, bekerja di PLN-yang notabene “lebih membutuhkan kaum maskulin” merupakan sebuah tantangan sekaligus amanah yang harus dijalankan dengan baik. “Saya ingin membuktikan bahwa perempuan juga mampu”, ujar perempuan yang mulai bergabung dengan PLN tahun 1993. Semangat Kartini yang diusung istri Doddy Rochyadi ini memang bukan sekadar retorika. Setelah berpindah ke beberapa daerah di lingkungan Jawa Barat, untuk menjalankan tugas ke-PLN-nannya, kini ia diberi amanah menjabat Manajer UPJ Bandung Selatan. Sebuah tugas yang tidak ringan tentunya. Jabatan yang diembannya itu, seakan membuktikan bahwa perempuan juga bisa berkarier di perusahaan pengelola listrik tersebut. “Dulu, untuk bisa mengikuti seleksi ke jenjang yang lebih tinggi begitu ketat, kalau tidak bisa dibilang tipis. Tapi kini PLN, lebih terbuka dalam memberikan peluang untuk semua karyawan siapa yang mampu dan profesional diberi kesempatan”, tuturnya.
Sebagai perempuan, menjadi seorang pemimpin tentunya bukan hal mudah. Apalagi kultur paternalistik masih banyak di beberapa tempat di negeri ini, dimana penghargaan terhadap eksistensi perempuan masih rendah. Bahkan sering menjadi perdebatan panjang, manakala struktur pimpinan dipegang kaum hawa. Tapi itu bukan halangan. Baginya, semua itu harus dijawab dengan prestasi, bukan sekadar diskusi. Gagalnya sebuah kepemimpinan, salah satu penyebabnya dikarenakan anti terhadap kritikan.
Hal itupun disadari Susi. Menurutnya, ia sangat terbuka bagi siapapun untuk memberi kritikan. Selama masih dilakukan dalam koridor etika, ia menerima hal itu sebagai pemicu prestasi. “Kekurangan bukan berarti menunjukkan kegagalan”, ujarnya bijak. Demi menjaga harmonisasi kerja, manajer yang sempat dipromosikan ke luar Jawa ini, mempunyai beberapa strategi. Misalnya, menanamkan rasa saling percaya diantara karyawan serta memupuk kebersamaan. Selain itu, ia tidak berani melanggar rel komunikasi dalam memberikan instruksi, yaitu melalui atasannya langsung sebelum ke karyawan yang diberi tugas tersebut. Ia pun tidak segan-segan merangkul semua bawahannya sebagai kawan. “Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai”, katanya. Untuk itu, ia menjalankan strategi kepemimpinan yang lentur. “Saya harus bisa memposisikan diri kapan menjadi pemimpin, dan kapan menjadi kawan”, tutur ibu dari Ira Hanifah (10), R. Haikal (8), dan R. Raihan (5).
Asam garam yang ia dapat selama 14 tahun, membuatnya memahami bidang kerja yang digelutinya kini. Apalagi atmosfer perusahaan dari tahun ke tahun yang terus membaik sehingga makin terbuka dalam hal meniti karir. Semua itu, makin memacu dirinya untuk bertindak makin profesional dalam menjalankan tugasnya dimanapun. Keberhasilan Susi dalam berkarier, tentu tidak terlepas dari dukungan keluarga. Sokongan penuh sang suami serta anak-anak, membuatnya semakin mantap dalam berkarya. Meski begitu, ia tidak serta merta melupakan kodratnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Untuk itu, tidak jarang ia memanfaatkan waktu libur untuk rekreasi bersama keluarga atau sekadar memasak di rumah. “Tukang sayur sampai bingung karena ngeborong, dikiranya saya mau hajatan”, ujarnya berseloroh. Tetapi jangan mengajaknya untuk berolahraga serius, karena dia akan menolak dengan halus. Untuk sekadar ’buang keringat’ yang ditambah kegembiraan dia siap saja. Kini, segalanya telah berhasil diraih. Meski bukan pada puncak karier, setidaknya Susi telah mampu membuktikan bahwa kaum hawa mampu untuk bersaing di dunia yang lebih global. “Saya percaya perempuan sekarang sudah pintar-pintar”, ucapnya yakin, seyakin dirinya untuk kesuksesan program pengalihan pembayaran rekening listrik di KUD yang dulu bekerjasama dengan PLN, kini kerjasama tersebut diserahkan sepenuhnya antara KUD dengan Bank.
Siapa Pun Bisa Berkiprah
Terbukanya berkarier di PLN bagi wanita, juga diakui Nurhaida Dyah Sawitri, Manajer SDM & Administrasi di PLN J&P. Menurut sarjana hukum ini, sesungguhnya konstruksi gender bukanlah kodrati melainkan bentukan sosial sedemikian rupa melalui tradisi, adat, norma dan juga hukum. Sehingga terbentuk maskulinitas dan feminitas pada diri seseorang. Masalah kinerja dan prestasi kerja, menurut Nurhaida, tidak ada hubungannya dengan urusan pria dan wanita. Jadi pada dasarnya kesempatan wanita untuk berkarir terbuka lebar dimana saja, tak terkecuali di PLN sepanjang wanita itu memang mampu dan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu.
Hal ini bisa kita lihat terdapat beberapa karyawati PLN yang menduduki jabatan penting, baik di Unit maupun di PLN Pusat. Mulai dari Deputy Direktur, Manajer Bidang, Manajer AP/APJ sampai dengan jabatan Supervisor di Sub Unit Pelaksana. ”Hal ini menunjukkan bahwa siapapun bisa berkiprah di PLN, termasuk karyawatinya,” ujar wanita kelahiran Magelang 18 Desember 1960 ini.
Nurhaida, mulai bekerja di PLN bulan Mei tahun 1991, pertama kali ditempatkan sebagai Ahli Muda di Dinas Peraturan Kepegawaian DIVRENPEG PLN Pusat sampai dengan tahun 1997, kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi TU Kepegawaian DIVPEG dan bulan November 2000 dimutasikan di Bidang SDM PLN Distribusi Jawa Tengah, dan sejak bulan April 2006 dimutasikan kembali di PLN Jasa & Produksi sampai sekarang. Sebagai Manajer SDM & Administrasi di PLN J&P, tugasnya meliputi semua permasalahan SDM dan Administrasi mulai dari perencanaan SDM, pembinaaan SDM, training, kesehatan, pensiun sampai dengan masalah kesekretariatan dan rumah tangga. Nurhaida mengaku hampir tidak ada hambatan yang berarti dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Perusahaan, semua bisa dipelajari dan diselesaikan.
”Barangkali kuncinya adalah kita harus bisa beradaptasi di lingkungan tempat dimana kita ditugaskan, ikhlas dan mencintai pekerjaan yang diberikan kepada kita. Karena dengan mencintai pekerjaan itu maka pekerjaan itu akan mengungkapkan rahasianya kepada kita sehingga kita bisa menye-lesaikan semua persoalan sesulit apapun,” tuturnya. Banyak pengalaman yang mengesankan bekerja di PLN. Di antaranya, pengalaman sebagai anggota Tim yang menangani kasus pelanggaran disiplin Pegawai. Di penugasan tersebut, kami banyak sekali menangani permasalahan yang dihadapi pegawai. Mulai dari masalah kedinasan, pribadi hingga masalah rumah tangga. Di dalam pemeriksaan yang kita lakukan, akan terungkap faktor apa saja sehingga seseorang melakukan sebuah pelanggaran. Di sana Nurhaida mendengar, melihat dan mengamati perilaku banyak orang.
Ia belajar bahwa ternyata sebuah opini, sangat mempengaruhi kacamata kita dalam menilai dan melihat seseorang. Ia belajar bahwa se- suatu yang diopinikan buruk, tidak selalu benar-benar buruk. Ia juga belajar lebih obyektif dalam melihat sesuatu masalah. ”Sehingga ketika saya akan mengambil sebuah keputusan, keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik”. Pengalaman dukanya, adalah pada saat Nurhaida harus mengambil keputusan untuk memberhentikan pegawai. Ia mengaku selalu dengan amat sangat berat, dan mengucap Bismillah dan mohon petunjuk semoga keputusan untuk mengusulkan pemberhentian Pegawai adalah keputus-an yang terbaik, tidak hanya untuk Perusahaan tetapi juga bagi pegawai yang bersangkutan.
”Saya sadar bahwa akibat dari keputusan ini tidak hanya akan mempengaruhi kehidupan dari pegawai yang bersangkutan tetapi juga orang-orang yang ada di belakang pegawai tersebut. Yaitu anak-anak dan isteri mereka,” ujar ibu yang memiliki seorang puteri, Nurmala Fauzia (19 tahun) ini. Menurutnya, penugasannya sebagai Manajer SDM di PLN J & P adalah merupakan penghargaan atas kerja dirinya selama di PLN. ”Barangkali karena saya dianggap mampu untuk mengemban tugas itu setelah melalui berbagai seleksi maupun assessment. Saya hanya berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya apapun tugas yang diberikan kepada saya, baik sebagai pegawai dengan jabatan fungsional ataupun saat ini dengan jabatan struktural,” tuturnya lagi.
Bagi Nurhaida, tugas dan jabatan semua adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dikerjakan dengan ikhlas. Ia mencoba memegang falsafah bekerja seolah kita tidak butuh uang, menari seolah tidak ada yang melihat, dan mencintai seolah kita tidak akan pernah disakiti. ”Jadi semuanya harus dimulai dari ketulusan hati. Saya yakin semua yang saya lakukan akan kembali lagi pada saya. Alhamdulillah tahun ini Insya Allah saya mendapatkan penghargaan kesetiaan kerja 2 windu”. Berkaitan dengan peringatan Hari Kartini, Nurhaida mengatakan bahwa saat ini Indonesia kalau tidak salah sudah meratifikasi konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi. Sekarang, tinggal bagaimana wanita itu sendiri menangkap peluang yang sudah diciptakan. ~ (T/Mira)
sumber >> Fokus-Online, website resmi PLN