Perempuan Yogya Saling Bantu Bereskan Nasib Dapur
Oleh: Endah Raharjo
Konon kabarnya dapur dan sumur merupakan tempat bagi para perempuan untuk membuktikan kesempurnaannya di samping keahliannya memoleskan pupur dan beraksi di atas kasur. Cara pandang terhadap perempuan semacam ini telah ditolak dengan keras karena sangat merendahkan. Walaupun demikian, dalam kehidupan sehari-hari para perempuan, khususnya para ibu, memang banyak menghabiskan waktunya di dapur.
Dalam hidup keseharian, dapur merupakan tempat berlangsungnya kegiatan produksi yang melayani kebutuhan seluruh penghuni rumah. Bagi para perempuan kurang mampu yang hidup berhimpitan di kampung-kampung padat di kota-kota besar, memiliki dapur dan sumur (kamar mandi/wc/tempat mencuci) yang bersih merupakan suatu kemewahan yang sulit dijangkau. Bukan rahasia lagi bahwa rumah kaum kurang berpunya di perkotaan pada umumnya berukuran sangat kecil, dan dapur sering dibiarkan kotor, tidak tertata dan gelap. Apabila mereka punya rumah yang agak besar dengan lebih dari satu kamar tidur pasti kamar itu disewakan demi memperoleh penghasilan tambahan agar asap dapur tetap mengepul.
Nasib Dapur Tak Menentu
Cobalah berjalan-jalan di kampung-kampung padat penduduk, kita pasti akan menemui para perempuan sedang memasak di dapur darurat yang terletak di emperan, di ruang kosong antara dinding rumah yang satu dengan yang lain, atau bahkan di gang-gang dan pinggir selokan. Para perempuan ini dengan nyamannya melakukan tugas mereka sambil bercanda dengan tetangga dan mengasuh anak balita, seolah-olah tidak menyadari bahwa ada bahaya yang mengancam mereka di dapur yang kurang sehat itu.
Dapur yang tidak memiliki lubang penghawaan dan pencahayaan dapat mengakibatkan polusi udara karena asap kompor atau tungku tidak bisa keluar dengan lancar. Lebih jauh polusi udara ini akan menyebabkan berbagai penyakit, di antaranya paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit mata. Selain itu kurangnya cahaya menyebabkan dapur menjadi gelap dan lembab yang mempercepat tumbuhnya jamur, mengundang tikus dan berbaga jenis serangga untuk bersarang.
Untuk membantu sebagian dari para ibu tersebut, sebuah lembaga swadaya masyarakat di Yogyakarta merintis sebuah program yang diberi nama Dapur Sehat. Program ini dilaksanakan di Dusun Sempu, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Ada dua tujuan yang ingin dicapai melalui program ini, yang pertama adalah mempromosikan cara hidup yang lebih sehat melalui dapur yang lebih bersih dan sehat. Yang kedua yaitu memberikan kemandirian pada para ibu untuk memperbaiki dapurnya dengan menyediakan pinjaman tanpa agunan.
Prakarsa Perempuan Untuk Perempuan
Program yang hingga kini telah berjalan dengan baik selama hampir 7 tahun ini dirintis pada Agustus 2002. Modal yang disediakan untuk dipinjam oleh para perempuan yang tinggal di lokasi program hanya Rp 18 juta yang hingga April 2009 telah berkembang menjadi Rp 38.2 juta. Di luar itu, program telah menghibahkan dana sebesar Rp 5,4 juta, atau 30% dari modal awal, kepada kelompok ibu-ibu untuk dikelola secara mandiri.
Setiap anggota bisa meminjam maksimal Rp 1,5 juta yang diangsur selama dua tahun. Pencairan pinjaman pertama kali dilakukan pada 18 Oktober 2002 dan khusus digunakan untuk perbaikan dapur, termasuk pemasangan listrik, pembuatan tanki septic dan peresapan. Hingga April 2009 telah dilakukan 69 kali perguliran pinjaman kepada 140 perempuan dengan nilai mencapai Rp 174.400.000,-.
Salah satu strategi yang diterapkan untuk menjaga keberlanjutan program adalah menggabungkan pelaksanaan program dengan kegiatan rutin ibu-ibu di Dusun Sempu dan menyerahkan pengelolaannya pada mereka dengan membentuk Kelompok Program Dapur Sehat (KDPS).
KDPS diurus oleh enam orang perempuan yang setiap bulan mengadakan pertemuan untuk membayar angsuran, menggulirkan pinjaman, dan membahas berbagai persoalan yang muncul.
Dua hal yang perlu digarisbawahi adalah hingga saat ini prosentasi tunggakan pinjaman mendekati 0% dan para ibu memperoleh akses keuangan, tanpa tergantung suami, untuk memperbaiki dapur. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai program ini dapat menghubungi Yayasan Griya Mandiri melalui email: atau telpon 0274 446 3832 dengan Wilda atau Purwanti. ~ [ Naskah kontribusi Endah Raharjo ]