Perempuan Sebagai Penanggulang Masalah Sampah
Judul asli: Bila Kita Mau Mengolah Sampah
Oleh Yusdiana
KPUK Mekar, Kembang Tanjong, Aceh Pidie, 16 Juni 2008
Diterbitkan di website >> Media Perempuan Aceh
Manusia hidup, sangat tergantung kehidupannya dengan alam. Alam merupakan kebutuhan yang paling sakral bagi manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam ini. Coba bayangkan seandainya alam ini kotor atau banyak sampah berserakan di mana-mana. Alangkah sayangnya lingkungan kita, udara yang kita hirup setiap harinya. Bahkan lingkungan yang kotor karena tumpukan sampah yang juga berserakan itu selalu menimbulkan penyakit bagi manusia.
Nah, berbicara tentang sampah, tentu tidak habis-habisnya. Karena, hingga kini persoalan sampah yang dihasilkan manusia belum dapat dikelola dengan baik. Pemerintah daerah pun hingga kini belum mendapatkan solusi yang terbaik. Persoalannya macam-macam. Masalah yang paling besar bagi pemerintah justru pada masalah anggaran untuk itu. Benarkah demikian?
Mungkin benar. Namun, sebenarnya ada persoalan lain yang lebih besar yakni soal keasadaran kita dalam membuang sampah. Kesadaran masyarakat kita masih sangat rendah. Terkadang, walau di suatu tempat
sudah disediakan tempat atau bak sampah, masyarakat banyak yang tidak membuang sampah ke dalam bak yang disediakan. Masyarakat kita cendrung membakar atau membuang di pinggir jalan pada tanah-tanah
orang yang kosong. Bahkan tidak sedikit pula yang membuang sampah ke sungai.
Pembuangan sampah-sampah ke sungai, akan menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air sungai tersebut. Apalagi ada juga yang membuang limbah manusia ke sungai. Sungguh sangat tidak bermoral. Apakah mereka tidak menyadari betapa pentingnya air sungai bagi kehidupan masyarakat di desa-desa. Pembuangan sampah dan limbah ke sungai akan mengakibatkan terhambatnya proses air tanah. Apalagi kalau ada sampah-sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah. Dan tatkala musim pasang tiba, sungai tidak bisa menahan air sungai yang deras dan akhirnya terjadilah pengikisan tanah dan sangat tidak sanggup menahan tekanan air tadi dan lalu mencari daratan baru, yang akhirnya meluap kepermukaan dan akan menyebabkan banjir melanda perkampungan-perkampungan tadi. Coba kita renungkan siapa yang salah? Dan apakah kita tidak berpikir siapa nantinya yang akan bersusah payah membersihkannya? Tentunyanya kita kaum perempuan jugakan?
Tercemarnya air sungai akibat pembuangan sampah dan limbah yang bukan pada tempatnya juga akan mengakibatkan kelangkaan air tanah semakin sedikit. Kelangkaan air bersih membuat hidup kita menjadi
susah. Karena hidup dengan kekurangan air bersih, bisa menyebabkan munculnya berbagai dan macam penyakit, seperti penyakit kulit, saluran pernafasan dan banyak penyakit lainnya.
Ketika penyakit datang, biasanya perempuan sangat rentan terhadap penyakit. Apalagi dalam kehdupan sehari-hari, perempuan bisa dikatakan setiap hari berhadapan dengan sampah dan air, karena perempuan
diposisikan sebagai orang yang mengurus rumah tangga. Oleh sebab itu, kita sebagai perempuan, pernahkah kita menyadari bahwa kita perempuan juga penghasil sampah terbanyak setiap hari? Pernah kita sadar dan berfikir untuk mengelolanya dengan benar? Baik itu di rumah tangga maupun sampah-sampah dari sekitar lingkungan kita. Apakah kita pernah menyadarinya atau kita pernah membayangkan seandainya ada anggota keluarga kita yang sakit akibat sampah tersebut?
Agaknya kita sebagai perempuan, memang harus bijak dalam mengelola sampah-sampah yang kita hasilkan setiap hari. Karena sesungguhnya sampah-sampah yang kita produk setiap hari tersebut bisa kita kelola dan
kita manfaatkan. Banyak orang yang sudah berhasil mengolah sampah jadi rupiah. Agar kita bisa mengolah sampah-sampah tersebut jadi rupiah, kita memang harus mau belajar. Mungkin kita bisa belajar dari orang-
orang yang kreatif di pulau Jawa. Masyarakat disana sudah menyadari betapa pentingnya mengumpulkan sampah-sampah, apalagi sampah-sampah rumah tangga. Sementara masyarakat kita di desa, masih
membuang sampah sembarangan dan asal buang saja. Mereka membuangnya di pinggir-pinggir sungai yang air sungai tersebut dipergunakan untuk keperluan masyarakat tersebut, baik untuk mencuci, mandi dan
bahkan ada yang masih menggunakannya untuk air minum. Walaupun masyarakat tersebut menyaring air tersebut dengan pasir dan batu-batu kerikil juga ijuk, tapi kesehatannya belum tentu terjamin.
Kiranya, untuk bisa belajar, kita bisa biasakan diri membaca buku dan membaca media massa seperti majalah dan lain-lain. Banyak buku danmedia yang menulis soal itu. Dengan adanya tulisan-tulisan tentang
lingkungan sekitar kita yang ada kaitannya dengan sampah. Saya sangat berterima kasih sekali kepada media yang mau menuliskan artikel tentang kebersihan lingkungan dari sampah, mungkin tidak ada lagi orang membuang sampah sembarangan. Apalagi sekarang di kota-kota besar dihimbau untuk mengumpulkan sampah-sampah, baik itu sampah kering maupun sampah basah dari lingkungan rumah tangga kita, karena dari sampah-sampah tersebut bisa diproses menjadi pupuk kompos yang alami, sehat dan ramah lingkungan. Semoga saja kita mau dan sadar akan hal ini.
(16 Juni 2008)