Peduli Lupus, Taklukkan Puncak Kalla Pattar di Himalaya
(TABLOID NOVA) ~ Puncak euforia perempuan Indonesia yang tergabung dalam tim PIMHUL (Perempuan Indonesia Menapak Himalaya Untuk Lupus) terjadi pada tanggal 3 Mei 2006. Ketika itu, mereka berhasil menjejakkan kakinya di puncak gunung Kalla Pattar (5545m). Tim PIMHUL terdiri dari sembilan orang.
Di antara mereka, yang berhasil menjejakkan kakinya di puncak Kalla Pattar ada enam orang yaitu Ita Budhi, Kadarha Utami Manggala Dewi Saragih (42), Veronica (42), Diah Bisono, Miranda (39) dan Amalia Yunita (39). Dua anggota lain tidak melanjutkan hingga puncak. Indri
terpaksa turun dari ketinggian 3.700 karena sesak napas, sedangkan Luki Bekti turun dari ketinggian 5.100 karena terserang gejala AMS (Attitude Mountain Sickness).
Puncak Gunung Kalla Pattar memang menjadi target awal pendakian Tim PIMHUL yang berangkat tanggal 21 April 2006 dan kembali ke Indonesia pada tanggal 17 Mei 2006. Dua target lainnya adalah Fourth Lake di Gokyo (5000) dijejaki oleh Indri seorang diri pada tanggal 5 Mei 2006. Sedangkan Veronica, Miranda dan Diah Bisono sampai di Everest Base Camp (5.364) tanggal 4 Mei 2006. Di base camp inilah ratusan pendaki Everest dari seluruh dunia berkumpul sebelum naik ke puncak.
Kegembiraan tim diwujudkan dengan menancapkan bendera Yayasan Lupus Indonesia. Saat itulah banyak pertanyaan seputar lupus dari para pendaki yang kebetulan mereka temui di Himalaya. “Senang rasanya bisa berarti bagi orang lain. Setiap ada yang nanya, saya menerangkan apa itu lupus. Untung sebelum berangkat sudah ditraining,” tutur Diah Bisono yang tidak menyangka menerima dana tunai untuk Lupus dari beberapa pendaki yang bersimpati pada misi Tim PIMHUL.
Ide besar menapaki Himalaya itu berasal dari Diah Bisono dan Itha Budi. Keduanya adalah pendaki gunung. Diah merasa fisiknya masih kuat sepulang dari pendakian di Jayawijaya bersama Tim Jejak Petualang TV7 tahun lalu. Adik kandung psikolog Tika Bisono ini lantas mengajak rekannya Ita Budhi untuk “jalan-jalan” ke gunung. Ita setuju.
Mereka mengusung misi kemanusiaan untuk penyakit lupus (Lupus Eritematosus Sistemik/SLE).”Kami memilih lupus karena dari segi pendanaan, mereka masih kurang. Yayasannya belum diakui pemerintah. Saya tahu karena adik saya, Ayu Bisono, juga kena Lupus,” jelas Diah. Gayung bersambut, kebetulan Yayasan Lupus Indonesia (YLI) tengah mencari duta untuk menyosialisasikan penyakit lupus serta mengampanyekan kegiatannya.
Selanjutnya, tim PIMHUL terdiri dari sembilan orang. Mereka memilih mendaki Himalaya berdasarkan kesepakatan tim. Mengingat umur para pendaki tidak muda lagi, maka dua bulan sebelum berangkat anggota tim dilatih oleh trainer khusus. Selain ada latihan fisik lari di Senayan, juga ada latihan mendaki ke beberapa gunung di Jawa Barat.
Sebelum melakukan pendakian mereka sepakat, siapa yang sakit harus turun sendiri. Sampai pendakian usai ternyata tidak ada masalah. “Semua itu butuh kemandirian kita. Tidak ada istilah manja dalam tim,” tegas Diah yang dalam Tim menjabat sebagai sponsorship dan publikasi.
Yang melegakan mereka, banyak perusahaan non komersial yang mensponsori dana untuk perjalanan Tim PIMHUL ke Himalaya. Sebagian dana diserahkan YLI. Tahap pertama sudah diserahkan sebesar Rp 50 juta.
sumber: Tabloid Nova