Mimpi Ella Wijts Membawanya Terbang Tinggi
[KOMPAS.com] – Ella Wijt, si “pelukis stroberi”, anak kelahiran Jakarta, 8 Mei 1990, memamerkan 20 lukisannya di Wishbone Cafe Gallery, Chicago, Lincoln Avenue, AS. Pameran bertajuk ‘My Strawberry’s Little Show’ itu dibuka 7-30 April 2009 .
Namun, bukan cuma soal pamerannya yang terpenting. Melainkan, perjalanan Ella Wijt bisa sampai ke Negeri Paman Sam tersebut. Itulah yang kiranya perlu diketahui.
Ella, begitu dara ini biasa disapa, mengaku minat melukisnya datang dan dimulai dari hobi menggambar saat di bangku playgroup. Ella berkisah, waktu masih dalam kandungan, ibunya suka ngidam pergi ke pameran lukisan sampai berkali-kali.
Merangkak SD, ayahnya mengenalkan Ella dengan pastel dan kanvas. Sejak itulah, Ella merasakan beda kenikmatan antara melukis dan menggambar. Ella pun pilih melukis.
Di bangku SMP, Ella kian keranjingan. Di lantai dua rumahnya di Jatibening, Bekasi, Ella tekun melukis garis dan arsiran sebagai kesenangannya. Keseriusan itu membuat sang ayah mendatangkan seorang guru lukis untuknya.
Menginjak kelas tiga SMP, Ella mengantongi penghasilan pertama dari melukis. Namun, baru di jenjang SMA-lah Ella justeru mengenal “the real world” dunia seni lukis yang digandrunginya sampai kini.
Di bangku kelas satu SMA, Ella sudah mengikuti pameran lukisan bersama untuk pertama kalinya. Terhitung, sampai 2009 sekitar sembilan pameran bersama telah dikantonginya.
Sejatinya, melukis memberikan ketenangan jiwa. Jiwa muda yang ingin selalu memberontak dan senang mencoba hal baru. Karena itulah Ella menjadikan hobi ini tidak semata aktifitas sambil lalu, melaikan sumber investasi masa depan.
Bukan, investasi bukan cuma uang puluhan juta yang pernah didapatkannya dari penjualan lukisan. Melainkan, beasiswa yang membawanya hinga berkuliah di School of Art Institute Chicago, AS.
Beasiswa Bukanlah Bunga Tidur
Pada Mei 2007, Ellawijt menggelar pameran perdananya bertajuk ‘Ellawijt: It’s Just Been Started’. Uniknya, pameran itu adalah cara Ella merayakan hari ulang tahun sweet seventeen-nya, dengan menghadirkan sebanyak 40 karya lukisan stroberi di Museum Nasional, Jakarta.
Tahun 2008, Ella baru lulus dari bangku SMU kelas tiga jurusan IPA di SMU St. Peter, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di tengah ketatnya persiapan belajar menghadapi ujian nasional waktu itu, Ella pun harus tetap berupaya keras menyiapkan ‘Chasing After Wind’, pameran tunggal keduanya yang digelar bulan Mei 2008 silam, juga di Museum Nasional.
Kerja keras Ella sepertinya terus lahirkan prestasi. Dua bulan berselang, Juli 2008, Ella bertolak ke Taiwan untuk memenuhi undangan dari Dr. Sun Yat Sen Foundation. Di sana, Ella menggelar pameran bersama beberapa pelukis senior Indonesia seperti Kartika Afandi, Maria Tjui, H.Hardi, serta Gande.
Di bulan itu pula, Ella harus berangkat ke Chicago untuk mengambil tawaran beasiswa kuliahnya di School of The Art Institute of Chicago. “Awalnya cuma berupa info dari kakakku, dari situ aku browsing alamat email kampusnya dan mengirim portofolio lukisanku,” cerita Ella, via chatting dengan Kompas.com.
Hanya tiga bulan berselang, Ella diminta mengirim profil lengkap dirinya. “Tak disangka, aku langsung diterima dan semua memang hanya karena lukisan-lukisanku,” tutur Ella.
Bak kebasahan oleh hujan rejeki, bulan Juli 2009 Ella sudah mendapatkan tawaran dari Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA), Singapura. “Prosesnya sama yaitu lewat browsing dan cari info sebanyak-banyaknya di internet,” kata Ella. Kalau memang rejeki dan beasiswa itu diambilnya, Ella akan bersiap masuk jurusan painting and drawing.
Itulah Ella Wijt. Perempuan muda Indonesia, yang tengah nun jauh melukis prestasi di Negeri Paman Sam. Yang hanya karena hobi melukis, sebuah mimpi bukan lagi bunga tidur untuknya. Cita-cita bukan pula seonggok batu di depan mata, melainkan kenyataan indah dalam genggamannya sebagai anak muda Indonesia. :: kompas/april2009
PROFIL
Birth Name Manuela Wijayanti
sumber >> http://www.kompas.com/read/xml/2009/04/08/1155502/Ellawijt.Hujan.Prestasi.Karena.Hobi.