Lewat Teater, Tya Setiawati Gugat Konstruksi Keperempuanan

Dobrak Konstruksi Keperempuanan Masyarakat

Menurut Tya, untuk melakukan pemberdayaan perempuan harus dilakukan sebuah diskusi antar para perempuan. “Oleh karena itu saya perlu berdiskusi dengan sesama teman perempuan, sehingga Perempuan Pekerja Teater inipun akhirnya didirikan,” katanya. Karya “Bumi Perempuan” adalah salah satu bentuk hasil diskusinya dengan para rekan perempuan yang ingin berbicara tentang perempuan dengan segala identitas yang melingkupinya.

"Tiga Perempuan" karya Teater Sakata, 2010.

“Media orasi saya tentang perempuan adalah teater,” Tya memaklumatkan. “Dalam pertunjukan ini saya ingin mengatakan tentang optimisme perempuan dalam mendobrak identitas keperempuanan yang selama ini mengungkung mereka.”

 Perempuan agraris yang menjadi latar belakang “Bumi Perempuan” adalah sebuah ide yang berangkat dari kultur Sumatera Barat. “Sampai saat ini, di Padang masih banyak perempuan yang berkutat dan hidup dalam budaya agraris yang tidak bisa lepas dari rutinitas hidup mereka,” ujarnya sambil menghapus peluh di pelipisnya.

Ia menyatakan, bahwa para perempuan pekerja itu tentu memiliki cita-cita pribadi tentang ingin menjadi apa mereka nantinya. Tetapi selama ini mereka masih terkungkung dengan identitas mereka sebagai seorang perempuan menurut konstruksi masyarakat banyak. Perempuan yang dikonstruki harus selalu mengurus rumah tangga, harus lemah lembut dan segudang stereotipe lainnya yang membuat mereka terkungkung di sana, demikian tegasnya.

“Saya ingin perempuan mendobrak itu semua, karena perempuan juga manusia yang merupakan makhluk paling sempurna di muka Bumi. Perempuan juga kuat, tetapi selama ini selalu dilemahkan,” ujarnya.

Leave a Reply