Kearifan Sungai Citarum Ada di Perempuan
Kesadaran yang Belum Tergali Atau Ketiadaan Informasi
Koordinator Ekspedisi Citarum Wanadri Abrar Prasodjo mengatakan, ada salah satu penelitian yang dirilis -kalau tidak salah- oleh WJEMP tahun 2004 terkait DAS Citarum mulai dari Hulu, Majalaya, Dayeuhkolot, sampai ke arah Saguling. “Mereka menemukan beberapa limbah dominan yang berasal dari limbah domestik; limbah MCK dan dapur, didominasi oleh limbah organik yang jumlahnya sangat signifikan. Sehingga dalam sehari mencapai ratusan ton,” kata Abrar yang juga anggota Wanadri. Persoalannya, lanjut Abrar, meski volume limbah rumah tangga itu banyak dan dapat terurai dalam kurun waktu tertentu, tetap bermasalah dalam hal jumlah, dan estetika. “Meskipun itu juga bermasalah dengan bau dan warna,” ungkapnya.
Tak hanya limbah domestik yang mencemari Sungai Citarum. Limbah Industri pun turut menjadi salah satu polutan berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai. Meski, Abrar menambahkan, terkadang masih ada pengertian yang masih kurang tepat dalam masyarakat tentang rupa dan dampak limbah industri. Seperti limbah logam berat yang masih diasumsikan oleh masyarakat luas selalu berwarna gelap dan dapat dilihat secara visual. “Padahal ada beberapa logam berat yang justru cair dan larut dalam air yang tidak terlihat. Nah itu resikonya yang tidak disadari oleh masyarakat,” imbuh Abrar.
Abrar menduga, beberapa limbah logam berat yang terakumulasi di sungai Citarum dalam waktu lama akan beresiko pada penggunaan air. Terutama, lanjut Abrar, kalangan ibu-ibu yang melakukan aktivitas di sungai; seperti mencuci pakaian, mencuci masakan, kebutuhan sehari-hari, dan memandikan anak. “Ibu dan anak ini sifatnya rentan terhadap potensi bahaya dari limbah-limbah tadi,” tukasnya.
Terkait limbah organik Abrar menjelaskan, adanya persoalan E. coli (bakteri yang biasanya muncul dari kotoran manusia yang menyebabkan beberapa penyakit perut yang jika penanganannya terlambat bisa mengakibatkan kematian-red) yang tak sesuai dengan syarat kesehatan untuk manusia, yaitu nilai keberadaan Ecoli didalam air harus bernilai nol. Abrar menyatakan, peluang siklus E. coli masuk ke dalam tubuh manusia melalui sungai Citarum sangat besar. Dari feses (kotoran) manusia yang dibuang ke sungai memunculkan Ecoli. Sementara aktivitas manusia di sungai seperti cuci beras, mandi, cuci makanan; menjadi peluang masuknya Ecoli ke dalam tubuh manusia.