Kearifan Sungai Citarum Ada di Perempuan
[JURNALPEREMPUAN] :: Pada pertengahan Februari 2010, Jurnal Perempuan bersama tim Ekspedisi Citarum Wanadri menapaki wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu yang melingkupi mata air sungai Citarum hingga ke Cirata.
Dengan mobil salah seorang anggota Wanadri (organisasi pegiat lingkungan), kami, rombongan dari Jakarta berangkat sekitar pukul 08.00 WIB dari sebuah pom bensin di seberang Metropolitan Mall Bekasi Barat di suatu Sabtu 13 Februari 2010. Laju mobil pacu perjalanan kami tiba di daerah Batujajar , kabupaten Bandung Barat , yang terletak disebelah barat kota Cimahi. Di sana kami bertemu dengan rombongan dari Bandung. Tak lama kemudian bulatan ban mobil bergerak lagi menuju waduk Saguling (tahun 1985) yang kami tempuh melintasi arena latihan Pusdik Passus.
Beberapa bangunan tempat latihan Kopassus perlahan menuntun kami menuju waduk Saguling. Gelaran sawah di sepanjang kanan kiri landasan pacu bandara yang kami lalui menambah sedap perjalanan menuju lokasi. Setengah jam kemudian, kami tiba di sebuah ruang yang menghamparkan genangan air, seolah hendak gantikan hamparan sawah, teman perjalanan kami.
Siang baru saja tinggalkan pagi saat kami bergerak dari bantaran hulu Saguling yang tak sempat kami akrabi dengan perahu. Perjalanan berkelok asik kami tempuh dengan armada sewaan. Kali ini alam menyuguhkan pemandangan beragam kepada kami. Mulai dari pepohonan, jurang, tebing, pipa besar, tuas pembangkit listrik, sampai sungai ber-riak, saksikan perjalanan kami menuju suatu perkampungan.
Sebagai sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa Barat, Citarum memiliki panjang aliran mencapai sekitar 308 km. Tutur Parahyangan mengisahkan, Hulu Citarum mengalir dari Cisanti, lereng Gunung Wayang di sebelah Tenggara Kota Bandung, di daerah Tarumajaya-Cibeureum, Kertasari, Bandung. Anak sungai seperti Cikapundung dan Cibeet juga mengalir menuju Citarum. Aliran dari Citarum menyusur ke arah Barat, menempuh Majalaya dan Dayeuhkolot, berbelok ke arah barat laut dan utara membatasi Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat, lalui Purwakarta, dan bermuara di Ujung Karawang.
Kini, kami berada di sana, belokan aliran sungai Citarum yang membelah kampung Bantar Caringin Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, diantara sebuah jembatan yang membatasi kampung itu dengan Kabupaten Bandung Barat. Sepanjang sore di kampung itu, mata kami lekat menatap aktivitas beberapa anak-anak, penghuni kampung. Mandi di sungai, main egrang, bermain bola, diselingi beberapa anak perempuan yang baru saja pulang dari madrasah. Di sana, di pinggir sungai Citarum, mereka hidup dan beraktivitas. Seorang ibu lekat mengamati kedatangan kami. Pelan ia duduk di atas bangku bambu. “Saya kesini baru 13 tahun. Saya dari Plered. Ikut suami yang asli orang sini,” ucap perempuan bernama Siti Robiah (34 tahun).