Irene Holle Olah Sampah Jadi Nafkah
GREENRADIO – Kesal melihat sampah yang menumpuk di lingkungan kerjanya mendorong Irene Holle untuk mengolah sampah menjadi kompos. Melalui perusahaan yang didirikannya, PT Recycle Indonesia Utama Mandiri (Recyclindo), ia berhasil meraup keuntungan hingga 70 juta rupiah per bulan dari bisnis ini.
Kesuksesan ini tidak datang begitu saja. Irene memutuskan keluar dari pekerjaannya yang nyaman di hotel dan mulai mempelajari cara-cara pengolahaan sampah. Kegiatan ini mulai dilakukan pada 2002, awalnya dengan mengumpulkan sampah-sampah kering, kata Irene.
“Jadi waktu itu saya cari-cari informasi dari internet, saya juga ikut pelatihan untuk zero waste management. Semua pelatihan itu sekitar setahun. Setelah itu saya memutuskan untuk mengangkut dan mengolah sampah organik dan non organik,” tambah Irene.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup, ia pun memulai bisnisnya dengan mendirikan PT Recyclindo. Dengan modal 100 juta rupiah Irene membeli truk bekas pengangkut sampah beserta perlengkapan lainnya, termasuk sewa lahan.
Ia giat mengumpulkan sampah dari hotel, mal, rumah makan dan perkantoran di sekitar Jakarta Selatan. Menurutnya, sampah dari perkantoran didominasi sampah kering. Sementara sampah organik, seperti sisa makanan katering, berasal dari hotel. Setiap harinya ia bisa mengumpulkan 20 meter kubik sampah. Dari jumlah itu sekitar 60 persennya adalah sampah organik yang bisa diolah.
Kata Irene, kendala yang dihadapi ketika mengawali bisnisnya adalah kesiapan metal dan tenaga saat berhadapan dengan sampah.
Oprek Bantar Gebang dan Rumah Jagal Cakung
“Bukan sekedar jijik saja. Dulu ketika pertama mempelajari sampah kita diajak ke Bantar Gebang, terus rumah jagal Cakung. Tiga hari tidak hilang bau sampahnya. Perasaaan saya mencium bau itu terus,” kata Irene sambil tertawa.
Irene mengklaim kualitas kompos olahannya sangat bagus dan cocok untuk semua jenis tanaman bunga, sayuran dan buah. Kedepannya, Irene berencana membuat pelet pakan lele dari sisa makanan.
Kompos olahan Irene ini dijual 1500 rupiah per kilo. Pembelinya beragam, mulai dari individu, pengelola hotel, apartemen, perkantoran hingga tempat-tempat pembibitan tanaman. Total kini ada 10 klien besar yang berbisnis dengan Recyclindo. Salah satunya adalah perusahaan minyak yang meminta Recyclindo menangani limbah tak berbahaya.
Perempuan kelahiran 1974 ini mengakui persaingan di bisnis ini sangat ketat. Namun yang membedakan Recyclindo dengan kompetitor lainnya adalah, perusahaan ini mengolah semua sampah organik dan anorganik, tidak ada yang tersisa. Sementara perusahaan lain hanya memilah dan membuang sampah tak terpakai ke tempat pembuangan akhir (TPA), seperti Bantar Gebang.
“Kebanyakan dari mereka cuma menyortir sampahnya, terus sisanya dibuang atau dibakar. Banyak yang seperti itu. Atau mereka masih dumping lagi atau buang lagi, misalnya masih bayar ke TPA.”
Saat ini, ia mampu menggaji sekitar 20 karyawan yang bekerja di dua pabrik komposnya di Parung dan Bogor. Dengan segala jerih payahnya ini, Irene terpilih sebagai pemenang kategori khusus Green Entrepreneur, Lomba Wanita Wirausaha BNI-Femina periode 2010-2011.
Irene mengaku belum berencana melebarkan usahanya ke luar Jakarta. Pasalnya, masalah sampah di kota ini sangat komplek, sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan limbah ini.
“Saat ini saya sedang mencoba mengumpulkan styrofoam. Selama ini kan kita tahu styrofoam ini tidak bisa didaur ulang, tapi sekarang styrofoam bisa digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan bangunan. Jadi semakin mendalami ini kita akan semakin tahu cara pengolahan sampah. Kalau dulu kan tahunya sampah dibuang atau dibakar, sekarang semua bisa dimanfaatkan kembali,” tegasnya. :: GREENRADIO/apr2011