Gaharu Bersemi Lagi Di Tangan Theresia Mia Tobi

theresia_mia_tobi_kalpataru2008[MATOA] – Seperempat abad yang lalu, tanaman jenis Gaharu (Aquilaria spp) banyak dijumpai dan tumbuh nyaris tanpa gangguan di hutan Indonesia. Gubal atau getah Gaharu mengandung damar wangi (aromatic resin) sebagai bahan baku berbagai jenis wewangian seperti dupa atau hio, parfum, dan obat tradisional. Inilah yang kemudian mendorong perburuan Gaharu secara besar-besaran sejak tahun 1970-an untuk diekspor ke luar negeri.vDi saat itu, terjadi pula penebangan sia-sia, artinya banyak pohon Gaharu yang tidak mengandung gubal ditebang dan mati. Akibatnya, 10-15 tahun kemudian tanaman Gaharu di Indonesia semakin langka dan terancam punah, keadaan ini diperparah oleh belum dikenalnya teknik budidaya Gaharu oleh masyarakat.

Di dusun Bawalatang, desa Nawakote, Kecamatan Walanggitan, kabupaten Flores Timur, Nusatenggara Timur, yang lahannya bergelombang, berbukit dan di sana-sini terjal, seorang ibu rumahtangga bernama Theresia Mia Tobi mempunyai perhatian besar dan meluangkan waktunya untuk melakukan budidaya Gaharu. Usahanya dilakukan sejak tahun 1993 mulai dari pembibitan dan penangkaran, penanaman dan perawatan. Ibu Theresia melakukan ini dengan hati ikhlas dengan itikad meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk selalu wajib mencintai lingkungan.

Dengan dukungan keluarga, orangtua dan dibantu anggota kelompok tani serta aparat desa, Ibu Theresia tanpa kenal lelah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui penanaman pohon dengan semboyan: ”bila satu pohon ditebang, akan diganti dengan penanaman seribu pohon”. Kepercayaan masyarakat kepada Ibu Theresia dapat diukur dari keikutsertaan seluruh warga Desa Nawakote kemudian melakukan pembibitan, penangkaran dan penanaman Gaharu di pekarangan rumah maupun areal hutan.

lewotobi_florestimurKarena ternyata mendatangkan nilai ekonomis yang cukup banyak, Ibu Theresia Mia Tobi kemudian membagikan tidak kurang dari 11.000 bibit Gaharu kepada masyarakat Desa Nawakote, Yayasan Tana Abab, Kelompok Tani Nelayan Watebula Sumba Barat, Yayasan Yaspensel Diosis Larantuka, Kelompok Tani Taw Tana, Uskup Weetebula, Mantan Bupati Flores Timur, Drs. Hendrikus Henkin, dan Kelompok Tani Gaharu di Kemaebang Desa Nawakote.

Dengan segala keterbatasannya, Ibu Theresia juga menanam berbagai tanaman kayu-kayuan seperti Mahoni, Ampupu, Gamalina, selain tanaman perkebunan seperti Coklat, Vanili, Kemiri, Kelapa, Pisang dan sejenisnya.

Penanaman berbagai komoditas mencakup 3 hektar di areal sekitar pemukiman, dan penghijauan telah menjadikan asri dan sejuk 30 hektar lahan kritis di Desa Nawakote, Kecamatan Walanggitan, Kabupaten Flores Timur.

Karena prestasi dan popularitasnya, Ibu Theresia Mia Tobi sering diminta menjadi pembicara atau narasumber pada berbagai pertemuan dan sosialisasi yang berkaitan dengan Gaharu. Tidak hanya di tingkat desa, permintaan itu juga datang dari Kecamatan, Kabupaten Flores Timur, Dinas Kehutanan, Bappeda dan berbagai kelompok tani di Kabupaten Flores Timur. ::MATOA/des2008

Sumber: http://www.menlh.go.id

via Theresia Mia Tobi: Ibu Penyelamat Gaharu Perintis Lingkungan | MATOA.

Leave a Reply