Empat Perempuan Penangkar Cucakrowo Handal
[TABLOIDBURUNGAGROBIS] – Selain Mbak Wiga panggilan dari Wiga M. Anugerah pemilik Rumah Kenari Bandung, yang sukses menangkar Kenari Merah, sebenarnya banyak perempuan di Indonesia yang juga menekuni usaha penangkaran burung. Artikel ini bertutur tentang empat perempuan penangkar burung. Secara kebetulan, semuanya memilih Cucakrowo.
Ny. Alex, Penangkar Cucakrowo Kepala Hitam
Semula Ny. Alex mencoba menangkar burung di rumah lamanya, di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Cucakrowo menjadi pilihannya. Berkat kesabaran serta ketekunan, CBS Bird Farm yang dikelolanya berkembang pesat sehingga memerlukan lahan yang lebih luas.
Ny. Alex pun memindahkan farmnya di kediaman barunya yang asri dan nyaman, yaitu di Jalan Sawangan Permai Baya, Kampung Kupu RT 02 / RW 08, depan GKLH An-Nur, Bedahan Pasir Putih, Depok. Saat ini terdapat 28 kandang indukan produktif, yang setiap bulan selalu menghasilkan anakan dan laris-manis dipesan para pelanggan setianya.
Cucakrowo yang dikembangbiakkan di CBS Bird Farm terlihat unik dan eksotik, berbeda dari Cucakrowo biasa. Sebab ia memang mengembangkan Cucakrowo jenis kepala hitam, di mana pada bagian atas kepalanya terdapat bercak bulu berwarna hitam.
“Warna bulu ini diturunkan pasangan induk kepada anak-anaknya. Dan, ternyata, banyak yang menyukainya, karena unik,” ujar Ny Alex. Anakan yang menetas dibiarkan diasuh induknya selama 1 minggu. Setelah itu diangkat atau dipanen, dan dipindahkan ke kotak inkubator yang dilengkapi dengan lampu penghangat. Bagian bawah dialasi rerumputan atau alang-alang kering.
Anakan siap dipasarkan jika umurnya sudah mencapai 1,5 bulan atau sudah bisa makan sendiri. Pelanggan tidak hanya berasal dari wilayah Jabodetabek, tetapi banyak juga dari luar wilayah tersebut.
Di sela-sela aktivitasnya sebagai penangkar Cucakrowo, Ny. Alex juga membudidayakan jangkrik untuk menambah penghasilan keluarga. Bahkan, dalam waktu dekat ini, dia akan mendatangkan murai batu dari Sumatera, dengan kondisi setengah jadi atau sudah ngevoer.
Ibu Andri, Penangkar Cucakrowo, Jalak Bali dan Lovebird
Sama seperti Ny. Alex, Ibu Andri juga menangkar Cucakrowo di lahan terbatas yang tidak jauh dari rumahnya, kompleks Mutiara Bogor Raya Blog E9/No 1, Katulampa, Bogor. Di awal usahanya, dia hanya memiliki tiga pasang induk Cucakrowo dan dua pasang induk jalak bali.
Kini sudah ada 17 kandang permanen, bahkan jenis ternaknya pun bertambah, menyusul kehadiran beberapa induk Lovebird. Jenis Lovebird yang dikembangkannya antara lain lutino, albino, blorok, dan warna-warna eksotis lainnya.
Usaha penangkarannya ini diberi nama MBR Bird Farm, dengan ring kode MBB. Semua anakan dibiarkan dalam perawatan induknya sampai berumur 10 hari. Setelah itu dipisah dan dimasukkan ke inkubator dan dirawatnya sendiri hingga umur 1,5 bulan.
“Sekitar dua minggu setelah anaknya saya pisahkan, induk betina akan kembali bertelur,” kata Ibu Andri.
Meski mengaku sebagai penangkar pemula, Ibu Andri melakukan semua pekerjaan di kandang penangkaran. Mulai dari penjodohan, pemanenan anakan, dan merawat anakan sampai siap jual. Dia pun sudah menyiapkan rencana pengembangan penangkarannya agar lebih besar lagi daripada sekarang.
Ibu Sadimin Jual Sepeda Motor Untuk Modal Awal
Berbeda dari Ny. Alex maupun Ibu Andri, kiprah Ibu Sadimin sebagai breeder burung bermula dari keinginan membantu usaha suaminya. Enam tahun lalu suaminya, Sadimin, memulai usaha penangkaran burung Cucakrowo, dengan mengibarkan bendera Dwi Jaya Bird Farm di Cibinong, Jawa Barat.
Pasangan suami-istri ini benar-benar berangkat dari nol. Bahkan modal usahanya pun diperoleh dari hasil menjual sepeda motor. Uang hasil penjualan ini kemudian digunakan untuk membeli dua pasang induk Cucakrowo produktif .
Pengorbanan mereka berbuah manis. Kedua pasang induk ini terus berproduksi dengan lancar tanpa hambatan. “Alhamdulillah, semuanya lancar. Baru sehari masuk kandang, induk langsung bertelur,” kenang Ibu Sadimin.
Dulu, kandang penangkaran yang dibangun di rumahnya, kawasan Pedurenan, Pabuaran, Cibinong, Bogor, belum permanen. Pasangan suami-istri ini juga terus bertanya kepada penangkar- penangkar senior, sampai akhirnya bisa memperoleh kunci sukses yang kini mau dibagikannya untuk para penangkar pemula.
Menurutnya, sedikitnya ada tiga kunci sukses dalam penangkaran burung. Pertama, harus menyukai burung. Penangkar yang pada dasarnya hobi burung akan lebih sukses daripada yang punya modal uang tapi kurang mencintai dunia burung. Kalau sudah hobi, seorang penangkar akan memiliki rasa sayang terhadap burung.
Kedua, jangan pernah malu untuk belajar mengenai perawatan dan penangkaran burung. Cara yang paling efektif adalah membina hubungan baik dengan teman-teman penangkar yang lebih dulu sukses, selalu bertanya dan belajar.
Ketiga, harus sabar. Hal ini sangat penting bagi penangkar, sebab burung adalah mahluk hidup yang memiliki risiko tersendiri. Mulai dari sakit, mati, terlepas, hilang dicuri orang, atau gagal diternak.
“Misalnya, induk sudah jodoh dan bertelur. Tetapi saat mengeram tidak menetas. Bisa juga sudah menetas, tiba-tiba anakan dibuang oleh induknya. Menghadapi hal-hal seperti ini diperlukan kesabaran, dievaluasi apa penyebabnya, kemudian dijadikan pengalaman berharga,” kata Ibu Sadimin.
Ibu Marni, Mulai dari Kenari dan Lovebird
Ibu Marni semula juga hanya membantu suaminya. Wawan, sang suami, selama ini dikenal sebagai pelomba. Namun merasa kurang hoki di lapangan, Wawan memutuskan menjadi penangkar Kenari dan Lovebird.
Tiga tahun lalu, ia membangun kandang penangkaran di rumahnya, di kawasan Suryanata Air Putih, Samarinda. Usahanya mengalami kemajuan pesat, dan tak mungkin dikerjakan sendiri. Akhirnya, sang istri pun membantu.
Dengan telaten, dia mengajari Marni mengenai teknis penangkaran kedua jenis burung itu. Setiap hari, ibu seorang anak ini menjemur burung, memberi makan, minum, hingga membersihkan kandang atau sangkar.
Kini, breeding Kenari dan Lovebird sudah dikuasainya. Sebagaimana tiga penangkar yang dijelaskan di atas, Marni juga menangkar Cucakrowo. Dua pasang induk pun sudah dibeli. Sayangnya, meski sudah bertelur, sampai sekarang belum menghasilkan piyikan. Namun, bersama suami, ia akan terus mencoba dan mencoba, sampai berhasil mendapatkan anakan Cucakrowo.
Itulah kisah empat perempuan yang sukses dalam penangkaran burung. Tentu saja masih banyak perempuan yang sukses di bidang yang sama, namun belum sempat terekspose. :: TABLOID BURUNG AGROBIS/apr2013
Lagi, kisah perempuan yang sukses merintis usaha penangkaran burung « KLUB BURUNG.