Gentong Air Terjun Ritta Ariyanti Terus Kucurkan Inovasi
[SUARAPEMBARUAN] ~ Suara gemericik air memenuhi ruangan tamu yang luas di salah satu rumah di Kompleks Samudera Indonesia di Depok II. Terdengar bersahut-sahutan. Kesannya menyegarkan. Suara gemericik air itu berasal dari gentong-gentong dari gerabah berbagai ukuran, yang berderet di ruang tamu itu. Gentong pun bukan gentong biasa, tetapi gentong “robek” berisi taman mini di rongganya. Penataan tamannya pun beraneka macam. Tata taman paling sederhana tampil dalam bentuk tebing batu sintetis, tutupan rerumputan sintetis, dan kolam dengan air mancur mini yang menimbulkan suara gemericik. Tata taman di sebuah gentong berukuran besar menarik perhatian karena menampilkan penanda (landmark) Kota Palembang, Jembatan Sungai Musi. Satu penataan taman lagi menarik perhatian, karena menampilkan tokoh Putri Salju dan Tujuh Kurcaci.
“Itu semua pesanan,” kata Ritta Ariyanti (45), sambil menunjuk ketiga gentong yang dimaksud di atas. Ritta bersama keluarga memproduksi gentong-gentong hias itu di bawah payung PT Curug Gentong. Nama perusahaan diambil dari bentuk produk yang menampilkan aliran air dalam gentong. “Spesifiknya suara gemericik air itu,” Ritta menjelaskan.
Gentong dengan hiasan taman Putri Salju dan Tujuh Kurcaci itu, menurut pengakuannya, pesanan sebuah sekolah taman kanak-kanak di kawasan Sawah Besar di Jakarta Pusat. Gentong dengan taman mungil berhiaskan Jembatan Sungai Musi itu, pesanan dari Palembang. “Kalau tata tamannya tidak banyak pernik-pernik, sengaja kami buat karena disukai orang-orang asing, terutama bule. Mereka suka yang natural,” katanya, dalam perbincangan Juli lalu, di rumahnya, yang menjadi satu dengan sanggar.
Selain dari Palembang, pesanan juga datang dari Bangka-Belitung. Ritta juga menerima pesanan dari sebuah gereja Katolik. Beberapa kali ia menerima pesanan dari gereja-gereja menjelang perayaan Natal.
Walau beberapa kali mengikuti pameran, Ritta mengakui umumnya pemesan datang ke rumahnya. Selain lebih leluasa memilih model, pemesan sekaligus bisa melihat proses pembuatannya. Selera pembeli bisa diakomodasi.
Curug Gentong
Ritta memulai usahanya pada 2003. Ritta, yang mengakui memang tak pernah bisa diam, punya kegemaran membuat kerajinan. Kegemaran itu terus ia lakukan bahkan setelah ia diterima kerja di bidang ekspedisi muatan kapal laut (EMKL). Sebelum membuat kerajinan gentong dengan hiasan taman mini dengan ciri khas aliran air di dalamnya, ia membuat rumah-rumahan dari sumpit dan sedotan plastik.
Perhatiannya mulai tertuju pada gentong ketika melihat gentong di sebuah rumah makan yang hanya dipakai sebagai tempat air untuk cuci tangan. Gentong-gentong gerabah itu merasuki angannya, bersenyawa dengan keluhan seorang teman yang tidak bisa membawa taman yang baru saja direnovasi ketika harus pindah rumah. “Teman itu mengaku baru saja menghabiskan uang Rp 7 juta untuk memperbaiki tamannya. Jadi, ketika harus pindah, ia begitu berat meninggalkan tamannya,” ujarnya.
Ide itu semakin mengganggunya ketika ia berkesempatan berekreasi bersama keluarga ke Curug Nangka. Ritta kemudian mulai mencoba-coba, dengan media barang-barang bekas. Melalui percobaan demi percobaan, ide itu semakin mengerucut, menemukan bentuknya.
Gentong dibelah dengan teknik khusus di satu sisi, hingga memperlihatkan rongga raksasa. Di dalam rongga itulah Ritta berkreasi membuat taman mini. Tebing buatan, tanaman artifisial, dan aliran air yang menimbulkan suara gemericik. “Semua dari bahan daur ulang, kecuali tanaman yang terbuat dari plastik,” katanya.
Inovasi dilakukan terus-menerus, dengan memperhatikan dari masukan, ataupun belajar dari internet. Dalam perjalanannya, Ritta tidak hanya membuat dari gentong gerabah, tetapi juga guci dan media buatan yang dicetak berbentuk labu dipotong melintang.
Ritta memamerkan karyanya pertama kali dalam Depok Fair 2004. Karyanya itu, awalnya diberi nama Curug Nangka. Produk Ritta itu rupanya menarik perhatian kepala kantor koperasi dan UKM, karena dianggap unik. “Atas nama institusi, ia membeli sepuluh gentong, padahal saat itu saya hanya memiliki empat gentong,” kata Ritta, yang kemudian memutuskan mengganti nama produknya menjadi Curug Gentong.
Produk itu menghiasi kantor koperasi dan UKM Depok. “Belum lama saya ke sana, dan melihat produk saya itu masih ada, masih terawat. Senang saya melihatnya,” katanya. Karena menganggap unik, Disperindag pun memfasilitasi Ritta untuk ikut serta dalam berbagai ajang pameran, termasuk Batam Expo pada 2007. Terakhir kali, ia tampil dalam Jakarta Fair 2008. Pada 2006, Ritta meraih penghargaan bidang kerajinan ketiga terbaik untuk tingkat Provinsi Jawa Barat. Ia juga pernah meraih penghargaan ketiga terbaik tingkat nasional untuk kreasi, dalam ajang Cabe Rawit SCTV.
Ritta menawarkan produknya dengan kisaran harga Rp 250.000 – Rp 800.000, bergantung pada ukuran gentong, bahan-bahan yang dipakai, dan tingkat kesulitan pengerjaannya. Dalam satu minggu, Ritta bisa meyelesaikan sepuluh Curug Gentong. Untuk bahan dasar guci, ia mematok harga Rp 600.000. Kini, selain suaminya, Ritta dibantu enam karyawan.
Ritta mengaku memulai usahanya dengan modal Rp 5 juta. “Mengeduk” tabungan, meminjam istilahnya. Namun, kini ia mulai bisa bernapas lega. Bahkan dalam masa-masa sulit seperti ini, selama Juli – Agustus ini Ritta bisa melepas sekitar 100 Curug Gentong.
Ritta sangat mensyukuri apa yang dilakukannya. Melalui usaha itu, ia bisa mengantar anaknya lulus perguruan tinggi. Anak pertamanya, Syawal (24), kini membuka usaha dunia maya. Anak keduanya, Dita (22), menyelesaikan program S-1-nya di bidang bimbingan dan konseling.
Menyadari produknya bukan barang kebutuhan utama, hingga kini Ritta tak henti berinovasi. “Menggali ide tak boleh berhenti,” tutur Ritta, yang aktif di UKM Kota Depok, mengurusi klinik konsultasi kredit dalam kaitan dengan permodalan.
Salah satu tawarannya, tukar tambah model taman setelah usia pembelian satu tahun. Pembeli produknya boleh datang lagi ke sanggarnya, mengganti model taman.
Ritta juga memberikan tips perawatan bagi taman mini di dalam gentong itu. “Tidak sesulit membersihkan akuarium. Tinggal buang airnya, mengeringkan dengan cara mengelap dengan lap khusus yang banyak dijual, didiamkan sepuluh menit, lalu diairi lagi,” katanya. [SP/Sotyati/sept2008/judul-asli>>Menaikkan Derajat Gentong]