Sri Rochayati Bawa Kemenangan Bagi Desanya
[SOLIDER-BOYOLALI] — Menjadi difabel pasca gempa 2006 lalu tidak membuat Sri Rochayati (39) berhenti berkiprah. Kesuksesan mendampingi suami yang menjadi Kepala Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit, Boyolali membawanya meraih Juara Posyandu bagi desanya.
Saat ditemui di kediamannnya pada Jumat (10/1/2014), ibu dua putri ini berbincang ditemani suaminya. Sri Rochayati menjadi difabel pasca gempa yang melanda Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2006. Saat itu, Kecamatan Sawit merupakan wilayah di Kabupaten Boyolali yang mengalami dampak terparah. “Saya dulu kena gempa, tulang belakang sini mengalami cedera,” tutur Sri Rochayati. Kejadian itu membuat Sri Rochayati menjadi penyandang Spinal Cord Injury (SCI) dan harus memakai kursi roda.
Di tengah proses pengobatan berlangsung, pada 2007, suaminya Slamet Raharjo mendapat kepercayaan menjadi Kepala Desa. Amanat ini diterima Slamet Raharjo dengan penuh dedikasi, sambil menemani istri menjalani pengobatan, tampuk pimpinan desa sukses diembannya. Dua Juara Posyandu Bagi Desanya Setelah bisa beraktivitas lagi, Sri Rochayati juga ikut aktif mendampingi suami menjadi penggerak PKK di desa. Perannya di Posyandu desanya berhasil membawa kemenangan Juara Pertama Posyandu tingkat provinsi Jawa Tengah dan Juara Kedua tingkat Nasional pada 2009.
“Waktu itu saya dan istri seperti melakukan adegan pre-wedding saja — saya menggendong istri sementara Pak Wabup membawakan kursi roda,” kata Slamet Raharjo menceritakan kesulitannya ketika menerima penghargaan di kantor Gubernur Jawa Tengah. Gedung bertingkat diiringi ketiadaan lift membuat Sri Rochayati kesulitan mengakses gedung untuk menerima penghargaan.
Sukses menjalankan amanah kepemimpinan, Slamet Raharjo baru saja mendapat kepercayaan lagi untuk menjadi Kepala Desa untuk periode kedua. Saat ini pasangan ini tengah aktif merintis desa Cepokosawit menjadi desa wisata bertajuk Desa Ikan dan Udang (Dendang) Cepokosawit. :: Solider.co.id/jan2014
http://www.solider.or.id/2014/01/13/ibu-kepala-desa-difabel-peraih-juara-posyandu