Penghulu Tanaman, Kerja Perempuan Berupah Rendah
[SUNRISEOFJAVA] – Siapa sangka di kawasan lereng Gunung Raung, Banyuwangi, Jawa Timur, terdapat dusun terpencil yang menjadi pusat perbenihan cabai dan tomat berkualitas. Dusun bernama Krajan itu ada di Kecamatan Sempu. Di sana puluhan perempuan bekerja sebagai “penghulu” (polinator) cabai atau tomat. Berikut kisah mereka.
Matahari terasa terik siang itu. warna putih screen house (jaring pelindung tanaman dari serangan hama) terasa sedikit silau di mata karena pantulkan sinar matahari. Di dalam tempat perbenihan yang luasnya sekitar seperempat hektar itu terdapat deretan tanaman cabai merah yang sudah berbunga.
Beberapa perempuan mengenakan topi tani (caping) terlihat sibuk beraktifitas. Menusukkan bilah bambu yang pada ujungnya terdapat potongan selang sekitar 5 centimeter yang menghubungi satu bunga cabai ke bunga lainnya. Selang tersebut berisi serbuk bunga jantan berwarna kecoklatan.
Ya, mereka inilah para “penghulu tanaman”yang mempunyai keahlian mengawinkan antar bunga cabai atau antar bunga tomat. Secara telaten terus dilakukan penjodohan dari bunga satu ke bunga lainnya sampai semua bunga betina dipastikan secara “sah” mendapatkan pasangannya.
“Serbuk sari bunga jantan kita kawinkan ke bunga betina satu per satu,” ujar Hartati, salah seorang polinator, ditemui sunriseofjava.com, di salah satu pusat perbenihan pada 14 Agustus 2013.
Tidak Diimbali Layak
Proses polinasi atau pengawinan bunga adalah bagian penting dalam mencapai keberhasilan di sebuah pusat perbenihan. Diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam prosesnya.
Sebagai polinator dibutuhkan, bukan hanya ketelitian dan kecermatan, melainkan juga stamina yang tinggi. Selama bekerja seorang polinator harus berdiri berjam-jam lamanya, berpindah pelan dari satu baris tanaman ke baris lainnya hingga selesai. Pekerjaan ini umumnya diisi oleh tenaga perempuan.
Bisa dibayangkan, seandainya satu tanaman cabai rata-rata memiliki 10 bunga. Dan anggap pula di dalam satu perbenihan terdapat 100 tanaman yang ditangani seorang polinator. Maka itu berarti bahwa ia harus menyelesaikan 1.000 polinasi pada bunga-bunga yang besarnya tak lebih dari ujung jari manis.
Rata-rata polinator menghabiskan waktu di lokasi perbenihan sehari penuh. Mulai bekerja pukul 06.00 hingga pukul 17.00, diawali dengan mengumpulkan bunga jantan sebanyak-banyaknya. Bunga jantan ini selanjutnya diproses di sebuah oven untuk diambil serbuk sarinya.
“Selanjutnya menunggu embun hilang untuk mulai mengawinkan bunga,” tambahnya.
Meskipun para polinator memiliki peran kunci dalam perbenihan, imbalan yang mereka terima sangat rendah, hanya Rp 3 ribu per jamnya. Jika 10 jam bekerja, maka uang yang dikantongi setelah berjam-jam berdiri hanya Rp 30 ribu.
Tentu saja nilai itu dirasa belum sebanding dengan harga kebutuhan hidup saat ini. Belum lagi risiko kesehatan yang tidak disadari oleh mereka. Menghirup udara yang tercemar pestisida selama berada di perbenihan, yang jika berlangsung dalam waktu lama, tentunya berbahaya bagi kesehatan.
“Kalau bisa sih dinaikkan, dari Rp 3 ribu jadi Rp 5 ribu,” harap Sunarti, polinator lainnya ditemui di lokasi yang sama.
Kepala Bidang Holtikultura Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dipertahutbun) Banyuwangi, Jawa Timur, Syaifullah mengatakan, polinator adalah tenaga kerja yang berperan penting menentukan keberhasilan perbenihan. Selayaknya mereka mendapatkan perhatian lebih dari pihak yang menaunginya.
“Sering kali jika saya ke sana, ibu-ibu polinator itu meminta ada kenaikan honor menjadi Rp 5 ribu/jam,” ungkapnya ditemui di kantornya.
Padahal dari data Dipertahutbun, budidaya perbenihan cabai dan tomat memiliki keuntungan yang besar. Bahkan keuntungannya 3 kali lipat dibandingkan jika bertanam cabai untuk diambil buah segar. Terlebih, perbenihan di Dusun Krajan Desa Jambewangi itu didukung oleh perusahaan besar yang bergerak di bidang perbenihan.
“Petani jalin kerjasama dengan PT East West Seed, tapi perusahaan itu selama ini tidak pernah ada semacam CSR kepada masyarakat,” tandas Saiful. :: SOJ/Dispertahutbun/agustus2013