Lulut Sri Yuliani Tumbuhkan Batik Bakau
Oleh Nina Susilo
[KOMPAS+KONTAN+HUREK] – ”Daunnya jangan dibuang,” kata Lulut wanti-wanti kepada seorang pengunjung pameran di Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, awal Oktober lalu. Beragam daun mangrove yang mulai kering itu tetap berguna. Lulut bisa menyulapnya menjadi pewarna batik.
Tidak hanya daunnya, hampir semua bagian dari berbagai jenis mangrove (tumbuhan bakau) yang tumbuh di sekitar Kedung Baruk dan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, bisa dimanfaatkan Lulut. Bahkan, buah bogem (Sonneratia caseolaris) yang patah sebelum matang dan tidak bisa dibuat sirup serta ampas buah yang sudah diolah menjadi sirup pun masih bisa diproses. Sisa buah mangrove itu kemudian dia ramu dengan bahan-bahan lain menjadi sabun cair alami.
Lulut memang tidak bisa diam. Mantan aktivis karang taruna itu juga mengajar tari dan kesenian di sekolah, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.
Baru setelah menikah dan pindah ke Wisma Kedung Asem Indah di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, pada tahun 1989 aktivitas menari dia kurangi sampai benar-benar berhenti pada 1996. Aktivitasnya bergeser, dia mengurus lingkungan.
”Rungkut waktu itu gersang sekali, jadi saya mulai saja dengan menghijaukan rumah sendiri,” kata perempuan yang sejak kecil gemar memancing dan dekat dengan alam itu.
Penghijauan ditularkan ke tetangganya. Jadilah Lulut senang membawa bibit tanaman ke mana-mana. Ketika ada tetangga menginginkan, dia memberikannya. Ia pun menjadi kader sekaligus Ketua Forum Peduli Lingkungan Kecamatan Rungkut.
Kegiatan kader lingkungan ini menghasilkan bakteri antagonis composting yang bisa menjadi pupuk cair, mempercepat pengomposan, dan menghilangkan bau bangkai.