Kolam Ir Arisyanti Hasilkan 5.000 Lele Dumbo Per Hari
(HARIAN GLOBAL) ~ Berawal dari hobi memelihara ikan laga/katung di masa-kanak-kanak, seorang perempuan tamatan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur di Jakarta akhirnya membangun dirinya sebagai peternak ikan lele dumbo andalan di kota Medan berkat pengembangbiakan dan pembibitan yang sekadar menggunakan lahan pekarangan rumahnya.
Ir R. Arisyanti (27 tahun), menekuni bisnis beternak ikan air tawar sejak tahun 1997. “Saya ingat waktu itu kelas IV SD, saya memang banyak bergaul dengan teman abang saya yang notabene laki-laki semuanya. Waktu itu abang saya suka memelihara ikan laga katung di rumah. Entah kenapa naluri perempuan saya malah menyukai hewan yang hidup di air ini daripada hewan lainnya. Inilah mulanya saya jadi penghobi ikan sampai saya menjadi pebisnis ikan lele dan syukur bisa membuka lapangan pekerjaan untuk 7 orang karyawan saya,” ujar Arisyanti saat bincang-bincang dengan Koran Global di pertengah bulan Mei 2008, di teras rumahnya Jalan Merak Gg Damai, Kelurahan Sei Sikambing, Sunggal, Medan.
Diungkapkannya, niatnya untuk berbisnis secara benar saat itu belum ada. Tapi akunya, sempat waktu itu menjual ikan katung hasil peliharaannya di satu kolam ukuran 1×2 meter itu kepada teman abangnya dan teman sekolahnya yang banyak datang ke rumah sekadar bermain-main.
Hobinya tersebut berlanjut semasa sekolah SMP hingga SMA. Selepas SMA, bapaknya yang telah tiada menyarankannya menggali ilmu di salah satu perguruaan tinggi swasta di Jakarta.
Anak keempat dari lima bersaudara ini akhirnya pulang kampung setelah lima tahun menamatkan kuliahnya dan sempat bekerja setahun di salah satau perusahaan swasta. Pada 1997, setelah setahun menganggur, karena bingung sulitnya mencari pekerjaan dia mencoba kembali membangkitkan jiwa bisnis dari hobinya masa kanak-kanak itu di satu kolam ukuran 3×4 di lahan/tanah di belakang rumahnya.
“Kolam itulah awal saya bisa mandiri sekarang. Setahun saya mencoba memelihara dan mengembangkan/mengawinkan ikan lele itu ternyata belum ada hasilnya, dan memang ada sedikit perbedaan metode pemeliharaan ikan katung dengan lele ini. Saya sempat putus asa, untuk menutup kolam ini, namun almarhum ayah saya melarang keras sikap itu dan memotivasi saya, ditambah dengan prinsip filosof, yakni belajarlah seperti anak bayi yang merangkak mau berjalan, pasti mengalami jatuh juga,” kata wanita berdarah Melayu-Jawa. Arisyanti kemudian bertekad bangkit kembali untuk mengembangkan usahanya itu.
Dengan sedikit modal dari hasil tabungan sewaktu masih bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta dulu, Arisyanti membangun 8 buah kolam ikan.
“Inilah awal kedua tahapan perjalanan bisnis saya. Alhamdulillah…sekarang tampak hasilnya, dan permintaan ikan lele ini kian hari terus bertambah, baik dari Kota Medan hingga orang yang memesan dari Aceh, Tanjungbalai dan Rantauparapat,” tutur anak ke empat dari lima bersaudara kandung ini.
Kini, Arisyanti sudah memiliki 30 kolam besar dan kecil di lahan pekarangan rumahnya itu. Namun kolam lama yang pertama dibuatnya masih dimanfaatkannya untuk keramba pembibitan ikan. Jenis ikan yang diternakkan atau dijualnya, tidak hanya lele saja, ada ikan nila, patin, gurami, emas dan juga ikan katung yang masih digemarinya tersebut. Alasannya, dia suka melihat ikan yang berekor indah ini.
Dalam seharinya, sebutnya, 30 kolamnya itu mampu menghasilkan 5.000 ekor atau 150 ribu ekor lele per bulan yang terdiri dari berbagai ukuran, termasuk untuk bibit ‘ready stok’, atau siap dipasarkan dalam partai besar juga. Pembeli eceran langsung juga dilayaninya.
Memang, akunya, dia juga masih memerlukan pinjaman modal usaha (kredit) kepada perbankan untuk lebih mengembangkan usahanya tersebut dan memberdayakan upah karyawannya itu. (sumber: tulisan M Isya di Koran Global, 15 Mei 2008)