Damaiyah Tangkar Benih Padi, Petani Sumbawa Tertolong

dama1[PIDRA] ~ Sejak dahulu, para petani padi di pulau Sumbawa harus membeli benih yang didatangkan dari luar pulau. Misalnya benih padi berasal dari Jawa Barat, bisa dibayangkan berapa jadinya harga jual yang akhirnya harus dibayar oleh para petani tersebut mengingat adanya tambahan biaya kirim dan jasa-jasa perantara lainnya. Bukan itu saja, tetapi uang yang dikeluarkan oleh para petani itu pun tidak berputar kembali di kegiatan perekonomian lokal sebagaimana idealnya, melainkan mengalir ke perekonomian daerah lain. Seorang perempuan desa bernama Damaiyah memperhatikan masalah ini dan melihat suatu kesempatan berharga untuk menolong para petani lokal sekaligus menciptakan usaha yang mampu mensejahterakan warga lokal.

“Saya berpikir, kenapa tidak peluang tersebut kita tangkap dan kita coba usahakan di daerah sendiri,”  demikian Damaiyah mengungkapkan tekadnya. Ternyata ia tidak omong besar karena setelah beberapa tahun menekuni usahanya sebagai penangkar benih padi, secara gemilang kini ia mencuat di Sumbawa sebagai seorang penyedia benih padi yang sangat diandalkan kaum petani lokal. Keberaniannya untuk memanfaatkan peluang usaha tersebut patut memperoleh acungan jempol mengingat 70% penduduk Sumbawa hidup dari tanah lahan dan lahan sawah adalah pangsa terbesar dengan netto produksi hampir 290.000 ton menurut data tahun 2006.

Damaiyah adalah ketua Kelompok Mandiri Wanita Saling Sakiki di Dusun Bage Loka, Desa Lita, Kecamatan Moyohulu, Kabupaten Sumbawa. Awalnya kelompok perempuan ini berkumpul untuk kegiatan simpan-pinjam dan merupakan salah satu 240 kelompok mandiri yang berada dalam binaan Program PIDRA (Participatory Integrated Development in Rainfed Areas), yakni  program pengembangan pertanian di lahan kering dalam upaya pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan IFAD (International Fund for Agriculture Development). Mencermati peluang usaha yang berprospek baik sebagai penangkar benih padi, Damaiyah menawarkan kepada kelompoknya untuk fokus ke usaha tersebut dan mendapat persetujuan bulat dari segenap anggota.

Sertifikatkan Produk, Tembus Pasar Provinsi

dama2Berkat kerja keras, ketekunan dan kemauan belajar, KMW Saling Sakiki akhirnya mulai menjual produk mereka. Setiap kampil isi 10 kilogram dijual ke para petani setempat dengan harga Rp 38.000,- , lebih rendah dari harga benih dari luar pulau. Sebagai komitmen mereka pada integritas produk, KMW Saling Sakiki mendaftarkan produk benih mereka di Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa dan memperoleh sertifikat usaha resmi sehingga produk mereka dapat dijual dengan label ungu sebagai tanda resmi. Tidak heran apabila pada pameran-pameran antar daerah, produk benih padi KMW Saling Sakiki acap terpilih untuk mewakili keberhasilan usaha-mikro Sumbawa.

Kegairahan untuk mempertajam daya saing membawa benih padi produksi KMW Saling Sakiki ke luar pulau, menembus pasar tingkat provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama yang baik dengan Toko ‘Jujur Dan Laju’ sebagai penyalur utama telah mendorong produksi hingga menembus angka 8 ton pada Mei 2008. Menurut Damaiyah, tahun 2008 produksinya mencapai angka tertinggi karena pada tahun 2007 total produksinya hanya 2,8 ton. Seluruh benih padi KMW Saling Sakiki adalah hasil penangkaran yang dilakukan pada lahan seluas 1,6 Ha milik Damaiyah di Dusun Bage Loka, Desa Lito, Kec. Moyohulu. Damaiyah dan kelompoknya menangkar dua jenis benih padi, yaitu Ciglis dan Ciherang. Dengan modal awal Rp 7 juta saja, ditambah biaya peralatan mesin kampil dan perizinan, kini kelompok perempuan tersebut dapat menghasilkan pendapatan Rp 27 juta per bulan.

“Saya dan teman-teman akan terus menjalankan usaha ini, tetapi bagi kami yang terpenting adalah menjaga hubungan baik dengan semua pihak karena itulah yang menentukan,” demikian kira-kira pernyataan Damaiyah dengan kesungguhan hati.

disunting dari naskah asli >> ‘Mbak Dama Penangkar Benih Di Desa Lito’ oleh Nursyamsu dan Ikraman, http://www.pidra-indonesia.org/content/view/192/78/lang,id/

Leave a Reply