ILO: Peluang Kerja Indonesia Tidak Setara Gender Dan Susut Di 2009
Peluang kerja di Indonesia selama 2000-2007 mengabaikan kesetaraan gender, demikian ungkapan sebuah laporan yang dikeluarkan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada pertengahan 2008. Sebagian besar tenaga kerja perempuan bekerja pada sektor ekonomi informal yang tidak produktif dan berupah rendah.
Dalam laporan bertajuk “Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2008”, yang ditulis analis ekonomi Kee Beom Kim dari ILO, dinyatakan bahwa pada tahun 2007 angka peningkatan kesempatan lelaki memperoleh pekerjaan memang lebih rendah dibandingkan dengan angka kesempatan perempuan memperoleh pekerjaan, yang mencapai 44,8%. Akan tetapi ketidaksetaraan gender menyebabkan peningkatan itu tidak berbanding lurus dengan angka rasio peluang bidang pekerjaan bagi perempuan. “Ada kesenjangan rasio antara lelaki dan perempuan yang menyebabkan potensi tenaga kerja perempuan menjadi tidak produktif nilainya,” kata Kee Beom Kim di Jakarta, 20 Agustus 2008.
Menurut Kee, salah satu implikasi kesenjangan gender dalam kesempatan kerja adalah ketidakadilan patokan upah yang diterima lelaki dan perempuan. Upah rata-rata buruh perempuan tidak meningkat sejak tahun 2001, setelah pernah ikut naik 69% pada 1995. “Perempuan hanya memperoleh 75 persen dari pendapatan laki-laki,” ungkapnya. Selanjutnya ILO melansir, pada tahun 2006 terdapat total 7,9 juta pekerja miskin di Indonesia dengan pendapatan di bawah US$1 per hari. Sedangkan jumlah pekerja miskin dengan pendapatan US$ 2 per hari sebanyak 52,1 juta orang.
Selain menyoroti ketimpangan peluang kerja pada buruh perempuan Indonesia, laporan ILO juga menyebutkan bertambahnya pekerja anak akibat kemiskinan. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2007 terdapat lebih dari 1 juta pekerja anak berusia 10-14 tahun (60% laki-laki dan 40% perempuan). Sebagian besar bekerja di sektor pertanian (62%), perdagangan (17%), dan manufaktur (13%). ILO menyimpulkan, bertambahnya pekerja anak akan memperburuk masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Pekerjaan yang menyita waktu anak-anak sehingga partisipasi terhadap pendidikan berkurang, berdampak pada minimnya kemampuan kerja mereka di masa depan karena tidak memiliki pendidikan yang memadai.
Selain itu, pada tahun 2009 akan ada sebanyak 200.000 sampai 700.000 pekerjaan yang dipangkas dari sektor-sektor pabrikan dan komoditas Indonesia sebagai dampak dari terpuruknya perekonomian global, begitu keterangan dari Kee Keom Kim di kesempatan lain pada pertengahan Desember 2008. Belakangan ini Indonesia sudah mengalami pengaruh-pengaruh berat dari krisis global dan beberapa analis meramalkan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
sumber >> vhrmedia.com + indiatimes.com