Esther Gayatri Saleh, Satu-satunya Test Pilot Perempuan Indonesia dan Asia

Pilot Esther di cockpit.

Diskriminasi Saat Itu Masih Ada

Meski akhirnya berhasil mewujudkan keinginan menjadi pilot di PT DI, tantangan yang dihadapi Esther memasuki dunia laki-laki itu terus berlanjut. Dalam sejumlah kesempatan menempuh pendidikan, dia tidak pernah mendapatkannya. Termasuk saat rekan-rekan sesama pilot dikirim belajar ke luar negeri untuk mendapat sertifikat experimental test pilot. Tahap itu dianggap sebagai tahap tertinggi seorang test pilot.

“Diskriminasi (saat itu) tetap ada. Tapi, saya tetap bertahan dan bersemangat. Prinsip saya, ombak besar akan membuat pelaut menjadi lebih kuat,” ujar perempuan yang tetap lincah dalam usianya yang sudah setengah baya itu.

Meski tidak dikirim belajar ke luar negeri, Esther tidak menyerah. Dia memilih belajar secara otodidak. Dari temannya yang pernah menempuh pendidikan tersebut, dia mendapat pinjaman buku-buku ajar tentang menjadi experimental test pilot. Setelah ilmunya dianggap cukup, dia memutuskan untuk mendaftar sendiri ujian persamaan sertifikasi itu.

“Saya hanya punya waktu beberapa minggu untuk melahap buku-buku tebal yang akan diujikan dalam ujian sertifikasi itu,” katanya.

Kerja keras dan tekad yang kuat Esther berbuah manis. Dia dinyatakan lulus. “Beberapa teman yang dikirim belajar malah harus mengulang (ujian, Red). Bisa dikatakan saya ini test pilot otodidak,” ujarnya, lantas menunjuk contoh Chuck Yeager, test pilot kenamaan yang belajar secara otodidak. Warga Amerika Serikat itu tercatat sebagai pilot pertama yang menerbangkan pesawat yang melebihi kecepatan suara.

“Terus terang, saya terus bersyukur, sekarang sudah banyak pilot perempuan di Indonesia. Memang harus ada yang memulai, harus ada yang menjadi pionir,” tandas dia.:: Jawa Pos/jun2012/Dian Wahyudi

sumber >> Jawa Pos

Leave a Reply