Aleta Ba’un Hadang Eksploitasi Marmer Alam Di NTT

“Tambang itu kini tidak beroperasi lagi. Tetapi, masyarakat terpecah jadi dua kelompok. Satu kelompok ikut pengusaha kembali ke kota SoE dan kelompok lain menetap di Fatumnasi. Ulah pengusaha membuat hubungan harmonis antar-anggota masyarakat rusak. Mereka kini saling bermusuhan,” ujar Aleta.

Malah, di SoE, pengusaha membayar preman untuk bergabung dengan pekerja tambang. Tujuannya membunuh Aleta.

Perempuan ini lalu melapor kepada Polres TTS terkait intimidasi, teror, pelemparan rumah, dan pengejaran yang dilakukan para preman, tetapi tak digubris.

“Anak saya yang berumur empat tahun sempat kena lemparan di kepala sampai bocor,” ujarnya.

Demi menghindari teror, ia dan keluarga dua kali berpindah tempat. “Ini melelahkan. Tetapi, setiap saat warga mendatangi rumah kami, mengadukan masalah mereka. Ini menguatkan kami untuk terus berjuang,” tuturnya.

Hingga tulisan ini diturunkan (Agustus 2007) ia masih terpisah dari suami dan ketiga anaknya. Meski rindu kepada keluarga, Aleta tetap berjuang demi kebenaran. (KORNELIS KEWA AMA dan EVY RACHMAWATI)

[sumber: Kompas, 29 Agustus 2007, Foto: world-citizenship.org]

Leave a Reply